Monday, January 13, 2025
logo-mistar
Union
EDUKASI

Ternyata Istilah dan Aksi Begal Sudah Ada Sejak Zaman Kuno

journalist-avatar-top
By
Wednesday, July 12, 2023 17:48
0
ternyata_istilah_dan_aksi_begal_sudah_ada_sejak_zaman_kuno

Ternyata Istilah Dan Aksi Begal Sudah Ada Sejak Zaman Kuno

Indocafe

MISTAR.ID- Pernyataan Wali Kota Medan, Bobby Nasution yang mendukung dan meminta polisi menembak mati begal, menjadi kontroversi. Pernyataan tersebut dilontarkan Bobby mengingat akhir-akhir ini aksi kejahatan jalanan tersebut sangat meresahkan, khususnya di Kota Medan.

Kontroversi tersebut muncul menyusul pernyataan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) yang mengkritik pernyataan orang nomor satu di jajaran Pemko Medan tersebut.

Menurut KontraS Sumut, sikap Bobby Nasution yang mendukung polisi menembak mati begal, dinilai hanya akan menjerumuskan polisi ke posisi yang salah.

KontraS di Jakarta juga melontarkan kritikan terhadap Bobby. Lembaga ini malah mendesak agar Bobby Nasution meminta maaf dan menarik kembali ucapannya.

Baca Juga:Polres Belawan Hadiahi Timah Panas Pelaku Begal usai Beraksi 2 Kali

Dibalik kontroversi tersebut, tahu kah anda darimana asal-usul kata begal?

Dari berbagai sumber yang dikumpulkan Mistar.Id, ternyata begal bukan kosa kata yang baru. Dari penjelasan seorang kriminolog, Prof. Muhammad Mustofa, istilah begal sendiri sudah lama terdengar di dunia hitam atau kriminal.

Bahkan dari penyelusuran sejarah, aksi begal sudah terjadi sejak zaman kekaisaran di Tiongkok atau zaman kerajaan di Indonesia.

“Dari peradaban kuno manusia, aksi begal itu sudah ada,” kata Mustafa belum lama ini.

Lebih jauh dipaparkan Mustafa, aksi begal tak akan terjadi jika tidak ada kesempatan bagi para pelaku untuk melakukannya. Kebanyakan begal di zaman dahulu terjadi karena ada selompok orang yang berpergian membawa banyak harta benda.

Baca Juga:Wakil Ketua DPRD Medan Apresiasi Polisi Tembak Mati Pelaku Begal

“Jaman dulu orang yang lewat itu para pedagang atau saudagar. Biasanya mereka memiliki harta. Saat mereka tiba di lokasi yang sepi, mereka dicegat. Kalau sekarang targetnya sangat khusus yakni para pengemudi sepeda motor,” jelasnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata begal mempunyai defenisi penyamun. Jika ditambahkan menjadi membegal artinya merampas. Tetapi jika menjadi kata pembegalan, pengertiannya menjadi sebuah proses, cara, atau perbuatan membegal.

Menurut Mustafa, kosa kata begal tersebut banyak ditemukan dalam literatur Bahasa Jawa. “Begal itu sebuah aksi perampasan atau merampok yang dilakukan di sebuah tempat yang sepi. Para perampok ini biasanya menunggu orang yang menjadi sasarannya di tempat-tempat sepi,” urainya.

Bagaimana Sejarahnya?

Kata begal sendiri ternyata ditemukan juga dalam ramalan Raja Kediri, Prabu Jayabaya (1135-1157). Dalam ramalan itu, kata begal dituliskan pada ndhugal, sedangkan kata rampok pada keplok-keplok.

Tafsiran ramalan tersebut dilakukan oleh Sindung Marwoto dalam Ramalan Prabu Jayabaya: Mengungkap Tanda-tanda Zaman.

Baca Juga:Demo Formasih Desak Polisi Gerak Cepat Tindak Tegas Begal dan Geng Motor

“Perampok, Pencopet, perompak, maling dan sejenisnya semakin kurang ajar. Dia melakukan aksinya dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Ia menjarah harta orang lain dengan semena-mena. Ia berteriak dengan senang karena menjarah dan merampok semakin mudah dan hasilnya semakin banyak. Risiko perbuatan mereka semakin kecil. Kalau toh tertangkap dan masuk penjara, mereka dengan sangat mudah menyuap pejabat hukum untuk melepaskan.”

Selain kata begal, sejarawan Suhartono juga mencatat istilah lain untuk begal. Diantaranya, perampok, penyamun, kecu, koyok, dan culeng.

Kecu dan rampok biasanya terdiri dari kelompok atau kawanan lebih dari 20 orang. Koyok biasanya lebih dari 5 orang, sedangkan culeng lebih dari 3 orang.

Pengaruh Narkoba

Sementara itu, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menjelaskan, pengaruh narkoba sangat berperan penting terhadap peningkatan aksi begal tersebut.

Baca Juga:Polrestabes Medan akan Bentuk Satgas Anti Begal, Premanisme dan Geng Motor

Menurutnya, jaringan atau sindikat pengedar narkoba sering merekrut anak-anak. Kelompok ini sekaligus menyalurkan hasil kejahatan yang mereka lakukan.

Anak-anak itu dijadikan sebagai alat dalam meraup keuntungan. Dia juga menyatakan, faktor utama keterlibatan anak dalam kasus begal adalah narkoba.

Senada, Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Erlangga Masdiana, mengatakan, sebelum melakukan aksinya, para pelaku melihat adanya peluang memperoleh uang melalui aksi begal tersebut. Apalagi kesempatan itu didukung dengan lokasi jalan raya yang sepi dan kurangnya fasilitas penerangan.

Erlangga juga menyatakan, jika mencermati patron yang ada, bisanya aksi pembegalan sepeda motor ini terjadi di awal tahun.

Baca Juga:Geram Maraknya Begal, Wali Kota Medan: Tindak Tegas Walaupun harus Ditembak Mati

Menurutnya, pembegalan dilakukan rata-rata oleh pelaku yang bergerombol. Artinya, aksi kejahatan tersebut tidak mungkin hanya dilakukan satu orang. Apalagi yang sudah ditangkap pihak kepolisian. Usia para pelaku rata-rata masih di bawah umur atau muda.

Semenetara itu, Reza Indragiri Amriel, seorang psikolog forensik dari Universitas Pancasila Jakarta menduga, kasus pembegalan yang kembali marak saat ini hanyalah aksi kriminal di permukaan saja.

Aksi tersebut menjadi perantara untuk aksi kriminal lain. Jadi tidak sekadar berlandaskan motif ekonomi.

Menurut Reza, terjadi penyimpangan pada tindakan para pelaku pembegalan dan cenderung mengarah ke gangguan rasional. Dia menduga, para pelaku pembegalan berada di bawah pengaruh narkotika, obat-obatan dan minuman keras. Akibatnya, tindakan mereka terhadap korban menjadi sangat sadis.(mtr/hm01)

journalist-avatar-bottomRedaktur Luhut M Simanjuntak