Kepala SMPN 1 Patumbak Dituding Arogan, Guru dan Orang Tua Murid Mengeluh


SMP Negri I Patumbak Kabupaten Deli Serdang.(f: sembiring/mistar)
Deli Serdang, MISTAR.ID
Sejumlah guru di SMP Negeri 1 Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, mengungkapkan ketidaknyamanan mereka terhadap kepemimpinan kepala sekolah yang dinilai arogan dan tidak mau menerima masukan.
“Arogan dan tidak pernah mendengar saran pendapat dari guru,” ujar beberapa guru yang meminta identitas mereka dirahasiakan karena khawatir akan dampak terhadap pekerjaan mereka.
Sikap kepala sekolah yang dinilai otoriter ini disebut berdampak pada berbagai aspek pengelolaan sekolah, termasuk kurangnya ketersediaan kertas untuk kebutuhan administrasi.
Selain masalah internal, muncul juga informasi bahwa pihak sekolah membeli kamera untuk keperluan foto rapor dan ijazah peserta didik menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Namun, ironisnya, setiap murid tetap dikenakan biaya sebesar Rp 25.000 untuk foto tersebut, yang diduga juga berasal dari dana BOS.
Sebelumnya, kepala sekolah disebut menyerahkan urusan pencetakan foto rapor dan ijazah kepada pihak ketiga atau vendor.
Saat dikonfirmasi terkait dugaan ini, Kepala SMPN 1 Patumbak, Lisbet Marisi Simanungkalit, mengaku sedang berada di Dinas Pendidikan Deli Serdang untuk mengikuti kegiatan.
“Maaf pak slagi dinas ada kegiatan,” jawabnya singkat saat dikonfirmasi, Senin (25/2/25).
Sementara itu, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan Deli Serdang belum memberikan tanggapan terkait persoalan ini.
Diberitakan sebelumnya, keluhan terhadap kondisi SMPN 1 Patumbak juga datang dari orang tua murid. Mereka menyoroti buruknya fasilitas sekolah meski mendapatkan dana BOS yang mencapai Rp 971 juta per tahun.
Perpustakaan sekolah disebut tidak memiliki koleksi buku yang memadai, ruang kelas kotor dengan dinding yang jorok, serta kondisi bangku yang tidak mencukupi sehingga satu bangku harus ditempati tiga siswa.
Selain itu, fasilitas kamar mandi mushalla sekolah dilaporkan sudah bertahun-tahun tidak diperbaiki, bahkan dibiarkan tanpa plester hingga ditumbuhi semak belukar.
Para orang tua murid mendesak Dinas Pendidikan Deli Serdang agar segera mengevaluasi kinerja kepala sekolah dan mempertimbangkan pemindahan yang bersangkutan ke sekolah lain. (sembiring/hm17)