Warisan Budaya, Pusaka Majapahit Banyak Diincar Tokoh Politik
Warisan Budaya Pusaka Majapahit Banyak Diincar Tokoh Politik
Medan, MISTAR.ID
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, berdiri pada abad ke-13 hingga ke-16 Masehi. Didirikan oleh Raden Wijaya dan mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk (1350-1389 M) dan Patih Gajah Mada (1334-1364 M). Disebutkan, wilayahnya mencakup 1/3 dunia.
Bukti dari kebesaran Majapahit adalah banyaknya jejak sejarah serta peninggalan kerajaan yang masih dapat ditemui hingga kini. Salah satunya berupa pusaka-pusaka yang masih terjaga dari warisan leluhur.
Bhre Agus, Dewan Bhatara Sapta Prabu dan keturunan dari Majapahit mengatakan, Majapahit pernah ada selama 200-an tahun lebih. Tak terhitung banyaknya pusaka yang ada pada era itu.
“Kini, pusaka-pusaka tersebut banyak tersebar di seantero penjuru dunia. Termasuk di salah satu Museum di Amerika dan beberapa negara lainnya,” ujarnya saat dihubungi mistar.id via seluler, Sabtu (20/7/24).
Baca juga: Budaya Politik Indonesia, dari Kutu Loncat Hingga Jalan Pintas Selebritas
Agus sendiri memiliki beberapa pusaka warisan leluhur dari era Majapahit yang masih dijaga sampai generasi sekarang. Tak hanya keris, ada tombak, tiang panji, gada, dan lainnya.
“Pusaka tak hanya digunakan sebagai senjata untuk perang, tetapi juga bisa sebagai simbol kedudukan, penanda keturunan, lambang pencapaian, dan sebagainya,” jelas Agus.
Pengusaha dan Pakar IT ini juga menjelaskan, bahwa pusaka adalah bentuk karya rasa dari si pembuat (Empu). Tak terhitung waktu, keringat, rasa, dan pikiran yang dicurahkan sang Empu untuk membuat satu pusaka.
“Sebab itu, satu pusaka punya nilai historis yang sangat tinggi, bukan tentang mistis-nya. Itu hanya bumbu-bumbu lain. Sangat wajar benda yang berumur sudah ratusan tahun harus kita jaga dan lestarikan. Bukan hanya sebagai simbol kejayaan, tetapi identitas dan kedaulatan Nusantara,” katanya.
Baca juga: Pj Gubernur Ajak Masyarakat Ikut Serta Lestarikan Warisan Budaya Sumut
Trowulan dan Parade Kirab Pusaka
Trowulan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Di sana terdapat peninggalan kerajaan Majapahit berupa sisa bangunan, arca, dan pemakaman.
Dari kitab Kakawin Negarakertagama yang ditulis Empu Prapanca, Trowulan merupakan pusat kerajaan Majapahit.
‘Madyantara Ring Majapahit’, Lembaga Sosial Budaya dan Majelis Adat Budaya Nusantara (MABN) yang terdiri dari para keturunan Majapahit, budayawan, seniman, dan juga sejarawan, sampai kini masih rutin menggelar Parade Kirab Pusaka.
Baca juga: Destinasi Wisata Warisan Budaya Batak: Kampung Ulos Hutaraja
Kegiatan tahunan ini merupakan bentuk kepedulian dan kecintaan terhadap warisan leluhur. Diadakan tiap tahun di bulan November, yang juga merupakan HUT Majapahit.
Ketua Madyantara Ring Majapahit, Tony Eko Sulistiyono mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan salah satu warisan budaya, yaitu pusaka leluhur agar tidak hilang dan dilupakan.
“Terutama untuk generasi muda, khususnya anak cucu yang masih keturunan (Majapahit), agar lebih mengenal dan menghargai leluhur berikut budayanya,” sebutnya.
Tony menambahkan, Majapahit tidak hanya sekedar dongeng, bahwa dahulu Nusantara lewat Majapahit, sangat besar dan penuh wibawa.
Baca juga:Pencak Silat, Warisan Budaya Indonesia yang Diakui di Belanda
Banyak Tokoh Politik Lirik Benda Pusaka
Nilai historis yang tinggi, menjadikan pamor sebuah pusaka melambung dan tak jarang diperebutkan. Banyak yang percaya, ketika memilikinya, akan dapat berkah kewibawaan dari pemilik sebelumnya, yaitu para Raja Nusantara.
Bhre Agus mengaku, bahwa tak sedikit tokoh politik mendekatinya untuk ‘memahar’ pusaka-pusakanya.
“Ada banyak, baik dari Indonesia maupun Malaysia. Apalagi kalau menjelang Pemilu, baik Pilpres maupun Pilkada. Selalu ada yang hubungi menanyakan terkait pusaka, dipercaya ketika memegang pusaka tertentu, dapat memuluskan jalan untuk berkuasa,” ungkapnya.
Bagi Agus, pusaka-pusaka yang dimilikinya adalah warisan dari leluhur. Di generasi sekarang, sesuai tradisi keluarga, dia yang dipercaya untuk menjaga dan merawatnya, jadi bukan untuk transaksional.
“Saya hanya diamanahkan oleh alm bapak dan kakek untuk menjaga dan merawatnya, jadi tidak berani untuk membagi apalagi menjualnya ke pihak lain,” sebutnya.
Sementara itu, budayawan dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Warisan Nusantara, Handoko FZ mengatakan, hal yang wajar jika banyak tokoh apalagi seorang pemimpin yang menginginkan pusaka-pusaka peninggalan sejarah.
“Terlepas niatnya, para tokoh tersebut percaya akan ‘khasiat’ dari nilai pusaka tersebut. Wibawa kepemimpinan, simbol kekuasaan dan kejayaan. Seperti Bung Karno, tokoh besar yang juga suka mengoleksi pusaka dan karya seni,” katanya.
Baca juga:3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk MOWCAP
Nilai Pusaka dan Pengaruh yang Pemiliknya
Bagi Handoko, sulit untuk menentukan nilai pusaka kalau dilihat dari keasliannya. Sebab, dengan kemajuan teknologi semakin mudah untuk memalsukan benda bernilai tinggi, termasuk pusaka.
“Ambil contoh misal keris dari zaman kerajaan A, ketika dicek lewat laboratorium lewat tes bahan, tingkat karbon, dan segala macamnya, memang benar asli. Tetapi masih ada kemungkinan pusaka tersebut palsu,” ungkapnya.
Handoko melanjutkan, karena pernah ada kejadian seperti itu. Ternyata satu pusaka lama, dilebur lagi oleh si pemalsu, kemudian hasil leburannya dipakai untuk melapisi permukaan luar keris yang baru dibuatnya. Jadi satu keris lama, bisa dibuat untuk 3-5 keris baru.
“Ini kita bicara konteks yang diperjualbelikan, bukan yang memang turun temurun dari keluarga,” tambahnya.
Baca juga:Pj Bupati Promosikan Budaya dan Wisata Batu Bara ke Kancah Internasional
Kemudian ia juga menjelaskan, barang seni, apalagi pusaka, sangat susah untuk menentukan nilainya. Terkadang lucunya, nilai itu bukan ditentukan oleh benda pusakanya tetapi siapa pemiliknya.
“Seandainya ‘orang biasa’ mengaku memiliki pusaka berusia ratusan tahun dan bernilai miliaran, orang akan susah percaya walaupun yang dia katakan itu kebenaran,” lanjutnya.
Sebaliknya, bagi Handoko, ketika seorang tokoh besar mengaku memiliki benda pusaka yang dulu pernah dipegang Raja A, dengan nilai miliaran, orang-orang akan percaya walau pusaka yang dia (tokoh besar) miliki tersebut palsu.
“Sebenarnya bukan tentang asli atau palsunya, khasiatnya, dan seberapa tinggi nilainya, tetapi dengan tetap menjaga dan melestarikan warisan budaya ini, kita sudah turut andil menjaga anak cucu kita untuk tidak buta sejarah dan budaya,” pungkasnya. (maulana/hm17)