Monday, January 13, 2025
logo-mistar
Union
POLITIK

Fenomena Tokoh Politik ke Kampus, Pengamat: Boleh Asal Jangan Pencitraan

journalist-avatar-top
By
Saturday, October 7, 2023 18:35
0
fenomena_tokoh_politik_ke_kampus_pengamat_boleh_asal_jangan_pencitraan

Fenomena Tokoh Politik Ke Kampus Pengamat Boleh Asal Jangan Pencitraan

Indocafe

Medan, MISTAR.ID

Menuju tahun politik, ragam cara para tokoh politik untuk memperkenalkan dirinya menuju kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Kemungkinan yang dilakukan, salah satunya adalah mengunjungi kampus-kampus dan institusi pendidikan lainnya.

Sebagai contoh, Bakal Calon Presiden (Bacapres), Prabowo Subianto yang mengunjungi Politeknik Pertahanan di NTT (3/9/23), Ganjar Pranowo ke FISIP UI pada (18/9/23) dan Anies Baswedan yang juga ke FISIP UI pada (19/8/23) lalu.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Pemilu yang juga merupakan Mantan Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sumatera Utara, Syafrida R Rasahan mengatakan jika tokoh politik boleh saja memasuki institusi pendidikan dengan catatan tidak ada pencitraan yang dilakukan untuk menarik suara mahasiswa dalam langkah karir politiknya.

Baca juga:Hasil Diskusi KPU, Kemenag dan Kemendikbud: Kampaye di Sekolah Sebaiknya Dilarang

“Tidak ada masalah, apalagi Mahkamah Konstitusi (MK) sudah memutuskan bahwasanya lembaga pendidikan adalah salah satu institusi yang diperbolehkan untuk menjadi tempat kampanye bagi para peserta pemilu.” ujarnya kepada Mistar.id, Sabtu (7/9/23) sore.

Menurutnya, hal tersebut baik untuk mengetahui kualitas dan kapasitas tokoh politik yang mengikuti kontestasi pemilu.

“Menurut saya itu tidak masalah, malah bagus, supaya kita tahu kualitas dan kapasitasnya, dan kita tahu isi kepala orang yang mengikuti kontestasi pemilu 2024,” tambahnya.

Baca juga:Soal Putusan MK Membolehkan Kampaye di Sekolah, KPU Gelar Uji Publik

Meski begitu perempuan yang menjabat sebagai Ketua Bawaslu Sumut 2013-2023 tersebut berharap hal tersebut tidak disalahgunakan sebagai kendaraan politik untuk menaikkan elektabilitas tokoh politik terkait.

“Nah, yang konyol nanti, apabila orang yang masuk diketahui secara kapasitas dan intelektual tidak baik, nanti kampus malah jadi wadahnya untuk membaguskan (citra) dia, nah itu yang perlu diantisipasi. Karena pencitraan itu sangat mungkin saja terjadi dan itu sering dikaitkan dengan kampus, jangan sampai kampus jadi kendaraan untuk menaikkan elektabilitas tokoh politik tersebut,” ungkapnya.

Syafrida juga mengingatkan agar pengambil kebijakan institusi pendidikan harus berhati-hati dan melakukan screening akan hal tersebut.

Baca juga:Akademisi Minta Caleg Lapor Rekening Khusus Dana Kampanye yang Sesuai ke PPATK

Menurutnya juga pemilih pemuda akan menjadi sasaran utama dalam pemilu 2024 mendatang. Dirinya memprediksi metode nantinya kampanye akan lebih variatif, kekinian dan mengikuti hal-hal yang disukai pemilih muda.

“Untuk pemilih pemula, pemilih muda atau gen Z ini akan menjadi sasaran utama terutama untuk pencapresan ya, salah satu capres juga sudah mengatakan salah satu sasarannya adalah pemilih muda. Jadi kalah saya lihat ini akan menjadi tolak ukur keberhasilan peserta pemilu baik pencapresan maupun calon legislatif dalam menggaet pemilih muda,” ujarnya. (Iqbal/hm17)

journalist-avatar-bottomRedaktur Patiar Manurung