Tuesday, July 1, 2025
home_banner_first
SUMUT

Kemarau Panjang Ancam Gagal Panen Jagung di Toba, Petani Resah

journalist-avatar-top
Selasa, 1 Juli 2025 17.33
kemarau_panjang_ancam_gagal_panen_jagung_di_toba_petani_resah_

agung petani yang layu terpanggang terik matahari. (f: nimrot/mistar)

news_banner

Toba, MISTAR.ID

Musim kemarau yang berlangsung lebih dari dua bulan di Kabupaten Toba mulai menimbulkan dampak serius bagi sektor pertanian, terutama bagi para petani jagung. Suhu panas yang mencapai 29 derajat Celcius membuat lahan pertanian kering dan tanaman terancam gagal panen.

Yenti, seorang petani jagung di Kecamatan Porsea, menyatakan kekhawatirannya jika kemarau tidak segera berakhir. Tanaman jagungnya yang baru berumur dua minggu dikhawatirkan akan mati terpanggang matahari.

"Luar biasa memang musim kemarau tahun ini, bisa dikatakan tahun 2025 musim kemarau terpanas di Toba, suhu mencapai 29 derajat Celcius. Padahal sebelumnya suhu di Toba rata-rata 26 derajat paling tinggi," ujarnya, Selasa (1/7/2025).

Senada dengan Yenti, Gonti, petani jagung lainnya, menyebut musim tanam kali ini sangat berat. Tanaman jagung miliknya yang mulai berbunga justru menghadapi kondisi kritis karena kekurangan air.

"Coba dilihat kondisi daun jagung yang layu terpanggang matahari, bagaimana mungkin berbuah dengan baik. Pasrah saja, meskipun hujan turun akan berdampak sedikit saja untuk pembentukan buah," katanya.

Menurut Gonti, saat jagung berbunga adalah masa yang paling krusial dan sangat membutuhkan curah hujan untuk proses pembuahan maksimal. Namun cuaca yang kering membuat harapan panen optimal semakin tipis.

Di tengah ancaman penurunan hasil panen, para petani berharap harga jagung pipil kering di pasaran tidak ikut anjlok. Mereka menginginkan harga tetap stabil agar bisa menutup biaya produksi dan menghindari kerugian besar.

"Setidaknya jika harga tidak sesuai yang ditetapkan pemerintah Rp5.500, janganlah di bawah Rp5.000 per kilonya agar petani jagung tidak meraung," keluh Yenti.

Musim kemarau ekstrem yang melanda Toba menjadi pengingat bagi semua pihak tentang pentingnya dukungan kebijakan dan teknologi pertanian adaptif dalam menghadapi perubahan iklim yang makin nyata. (Nimrot/hm17)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN