Presiden Donald Trump: AS Tahu di Mana Khamenei Bersembunyi, tapi Tak Ingin Dibunuh Saat Ini

Presiden Donald Trump berbicara dengan wartawan saat terbang dengan Air Force One dalam perjalanan dari Calgary, Kanada ke Pangkalan Gabungan Andrews, Maryland, Senin malam, 16 Juni 2025. (Foto: AP/Mark Schiefelbein)
Jakarta, MISTAR.ID
Presiden Donald Trump mengatakan Amerika Serikat (AS) mengetahui di mana Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersembunyi tetapi tidak ingin dia dibunuh "untuk saat ini."
Trump dalam konflik yang telah berlangsung beberapa hari ini telah berusaha menahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dia menolak rencana yang diajukan Israel kepada AS untuk membunuh Ayatollah Ali Khamenei, menurut seorang pejabat AS yang mengetahui masalah tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim.
Israel telah memberi tahu pemerintahan Trump dalam beberapa hari terakhir bahwa mereka telah mengembangkan rencana yang kredibel untuk membunuh Khamenei.
Meski menolak rencana Israel untuk membunuh Khamenei, Trump tetap mendesak Iran, dalam sebuah postingannya di media sosial, Selasa (17/6/2025), agar "Menyerah tanpa Syarat'.
Baca Juga: Ketika Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei Mulai Kesepian Ditinggal Orang Kepercayaannya
Trump tiba di Gedung Putih pada Selasa (17/6/2025) pagi, setelah pulang lebih cepat dari pertemuan pemimpin G7 di Kanada. Presiden Donald Trump dalam waktu sekitar delapan jam juga berubah dari menyarankan kesepakatan nuklir dengan Iran tetap "dapat dicapai" menjadi mendesak 9,5 juta penduduk Teheran untuk melarikan diri demi keselamatan mereka.
Israel, dengan serangan rudal selama lima hari, telah menyebabkan kerusakan besar pada Iran dan yakin bahwa Israel kini dapat memberikan pukulan permanen pada program nuklir Teheran, terutama jika Israel mendapat bantuan dari Trump.
Jika AS terlibat, mungkin dengan menyediakan bom penghancur bunker bagi Israel untuk menembus situs nuklir Iran yang dibangun jauh di bawah tanah atau menawarkan dukungan militer langsung AS lainnya, disertai risiko politik yang sangat besar bagi Trump.
Trump, saat kembali ke Washington, mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap para pemimpin Iran karena gagal mencapai kesepakatan. Ia mengatakan bahwa ia kini tengah mencari "akhir yang sesungguhnya" dari konflik tersebut dan "penghentian total" program nuklir Teheran.
"Mereka seharusnya melakukan kesepakatan (penghentian nuklir Iran) itu. Saya katakan kepada mereka, 'Lakukan kesepakatan itu,'" kata Trump kepada wartawan di Air Force One. "Jadi saya tidak tahu. Saya tidak terlalu berminat untuk bernegosiasi."
Iran bersikeras bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai, dan sebenarnya badan intelijen AS telah menilai bahwa Teheran tidak secara aktif membuat bom nuklir.
Trump, yang berencana untuk bertemu dengan para penasihatnya di Situation Room, tampaknya secara bertahap mulai membangun opini publik di negaranya untuk peran Amerika yang lebih langsung dalam konflik tersebut. Perubahan nada bicaranya terjadi saat AS telah memposisikan ulang kapal perang dan pesawat militer di Timur Tengah untuk menanggapi jika konflik antara Israel dan Iran semakin meningkat.
"Sederhananya, Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir," tulisnya di media sosial. "Saya sudah mengatakannya berulang kali! Semua orang harus segera dievakuasi dari Teheran!"
Ketika ditanya komentarnya tentang maksud evakuasi di atas Air Force One, Trump mengatakan kepada wartawan: "Saya hanya ingin orang-orang aman."
"Kami mencari yang lebih baik daripada gencatan senjata. Kami tidak mencari gencatan senjata," kata Trump.
Trump mengatakan dia tidak mengesampingkan opsi diplomatik dan dia dapat mengirim Wakil Presiden JD Vance dan utusan khusus Steve Witkoff untuk bertemu dengan pihak Iran.
Ia juga menolak kesaksian kongres dari Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard, yang mengatakan kepada anggota parlemen pada bulan Maret bahwa badan mata-mata AS tidak percaya Iran sedang membangun senjata nuklir.
"Saya tidak peduli apa yang dikatakannya," kata Trump. "Saya pikir mereka (Iran) hampir memilikinya."
Saat ini, spekulasi berkembang bahwa Trump mungkin condong ke arah keterlibatan AS yang lebih langsung dalam perang Israel-Iran.
Israel mengatakan serangan mereka telah menghancurkan pertahanan udara Iran dan mereka sekarang dapat menyerang target di seluruh negeri sesuka hati. Netanyahu mengatakan pemboman Israel akan terus berlanjut hingga program nuklir dan rudal balistik Iran dihancurkan.
Sejauh ini, Israel telah menargetkan beberapa situs program nuklir Iran tetapi belum dapat menghancurkan fasilitas pengayaan uranium Fordo milik Iran.
Situs tersebut terkubur dalam di bawah tanah dan untuk menghancurkannya, Israel mungkin memerlukan GBU-57 Massive Ordnance Penetrator seberat 30.000 pon, menggunakan berat dan gaya kinetiknya, untuk mencapai target yang terkubur dalam dan kemudian meledak. Namun, Israel tidak memiliki pesawat pembom yang diperlukan untuk mengirimkannya. Penetrator hanya dapat dikirim oleh pembom siluman B-2.
Pertahanan Israel sendiri sebagian besar tetap utuh dalam menghadapi serangan balasan Iran, tetapi beberapa rudal Teheran berhasil menembus dan memberikan dampak yang mematikan. []
Sumber: Kantor Berita Associated Press
PREVIOUS ARTICLE
Ketika Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei Mulai Kesepian Ditinggal Orang Kepercayaannya