Petani Mengeluh Harga Sawit Anjlok, Tak Sebanding dengan Biaya Produksi
petani mengeluh harga sawit anjlok tak sebanding dengan biaya produksi
Tanah Jawa, MISTAR.ID
Sejumlah petani kelapa sawit di Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, mengeluh tentang penurunan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat pengepul dan peron. Warga setempat biasanya menyebut pengepul buah sawit segar dengan istilah “toke” karena mereka memiliki gudang untuk menyimpan buah sawit mereka.
Salah seorang toke sawit di Tanah Jawa, Salmon Manurung, mengatakan harga TBS di peron tempatnya menjual telah turun hingga Rp 170 kg dalam satu hari.
“Minggu kemarin masih Rp 1.900 per Kg. Kemarin yang paling parah turunnya, sehari turun Rp 170 sehingga menjadi Rp 1.730 per Kg,” kata Salmon kepada Mistar.id, Senin (19/6/23).
Saat ini, menurut Salmon, sebagian besar petani sawit, khususnya di Kabupaten Simalungun memang tengah mengalami musim trek. Dimana produksi TBS dari kebun sawit mereka tengah anjlok, bahkan produksinya rata-rata berada di bawah 50 persen dari biasanya.
Baca juga : Harga Pupuk Mahal, Petani Sawit di Simalungun Mengeluh
Hal senada dikatakan Daniel Simanjuntak, yang merupakan seorang petani sawit. Kata Daniel, penurunan harga TBS di saat menjelang hari Raya Idul Adha serta di saat musim trek sawit ini sangat menekan para petani sawit.
“Iya makin turun pula harganya, padahal produksi masih trek malah harga turun. Makin sedikit lah yang bisa kita dapat,” keluhnya.
Petani lainnya, Ingot Sihombing juga mengatakan dengan harga TBS saat ini jelas tidak sebanding dengan biaya produksi. Apalagi naiknya harga pupuk, petani terpaksa membeli pupuk jenis NPK non subsidi.
Saat ini, harga pupuk NPK dibandrol dengan harga Rp 800 per karung (sak) dan pukul urea Rp 450 per sak.
Baca juga : Pembagian Pupuk Subsidi Belum Merata di Simalungun, Harga Pupuk Non Subsidi Fantastis
“Kalau dibandingkan dengan harga TBS sawit saat ini yang mencapai Rp 1.730 per Kg, jelas tidak sepadan dengan harga pupuk serta biaya perawatan yang telah dikeluarkan,” terangnya.
“Padahal bulan ini waktunya memasuki pendaftaran anak sekolah menjelang tahun ajaran baru. Banyak biaya yang haras dikeluarkan. Sementara semua kebutuhan kami ya cuma dari sawit ini, selain itu tidak ada lagi,” ungkapnya mengeluh. (Abdi/hm19)