Monday, January 13, 2025
logo-mistar
Union
SIANTAR

Virus ASF, Harga Daging Babi Turun dan Peternak Lokal di Siantar Menjerit

journalist-avatar-top
By
Thursday, May 11, 2023 16:46
0
virus_asf_harga_daging_babi_turun_dan_peternak_lokal_di_siantar_menjerit

Virus Asf Harga Daging Babi Turun Dan Peternak Lokal Di Siantar Menjerit

Indocafe

Pematang Siantar, MISTAR.ID

Pasca terdeteksinya wabah virus Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) di Kepulauan Riau, seluruh peternak babi dihimbau meningkatkan kewaspadaannya.

Tidak ketinggalan, himbauan dan monitoring ke peternak babi itu juga telah dilakukan oleh pihak Dinas Ketahanan Pangan (Hanpang) dan Pertanian Kota Pematang Siantar.

Seperti disampaikan Kepala Dinas Hanpang dan Pertanian Kota Pematang Siantar, Pardamean L Manurung kepada mistar.id yang dikonfirmasi, Kamis (11/5/23).

Baca juga: Waspada! Flu Babi Afrika Sudah Masuk Batam

“Tanggal 8 dan 9 Mei kemarin kami monitoring langsung ke peternak babi, sekalian memberikan penjelasan kaitan ASF tersebut, agar para peternak melaksanakan himbauan kita,” ujarnya.

Mengenai hasil monitoring, kata Pardamean, pihaknya belum ada menemukan virus ASF di wilayah kerjanya. “Sampai saat ini virus ASF belum ditemukan di kota pematang siantar,” ungkapnya.

Harga Daging Babi Turun

Sekaitan dengan temuan di Kepuluan Riau itu, muncul penilaian bahwa harga daging babi turun di Kota Pematang Siantar. Hanya saja informasi turunnya harga daging babi akibat temuan itu, ternyata tidak benar.

Pasalnya, penurunan harga daging babi dari Rp 120 ribu per kilogram menjadi Rp 90 ribu per kilogram itu sudah terjadi sejak bulan Januari 2023 lalu, bukan karena adanya temuan virus ASF di Kepulauan Riau. Seperti disampaikan salah seorang pedagang daging babi, Manson Purba.

Baca juga: Virus Flu Babi Afrika Kembali Merebak, Ini Langkah Antisipasi Dinas Hanpang Siantar

“Harga daging babi itu sudah mulai turun Januari 2023 lalu, sekarang sekitar Rp 70-80 ribu per kilogram. Jadi memang, tidak ada hubungannya dengan temuan virus babi saat ini,” ungkap Manson yang menjalankan usaha orang tuanya di Pasar Dwikora Kota Pematang Siantar, seraya membantah informasi yang beredar.

Peternak Lokal di Siantar Menjerit

Manson juga menceritakan pengalamannya saat berhubungan jual beli dengan peternak babi lokal di Pematang Siantar. Dimana, para peternak babi menjerit karena harga daging babi yang semakin turun.

“Jadi memang setelah harga daging babi turun, mereka (peternak babi) menjerit. Karena setelah harga dagingnya turun, tentu harga babinya pun pasti ikut turun. Sementara harga pakannya naik. Itu makanya membuat mereka agak menjerit,” cecarnya.

Diceritakan Manson, ketika harga daging babi mencapai Rp 130 ribu per kilogram, para pedagang daging babi membeli babi seharga Rp 65 ribu per kilogram. “Jadi bagi 2 istilahnya. Kalau harga daging babi Rp 70 ribu per kilogram, maka harga babi per kilogram itu menjadi Rp 35 ribu,” ungkapnya.

Baca juga: Harga Merosot, Peternak Babi di Taput Menjerit

Hal itu kata Manson, mengingat adanya biaya tambahan yang muncul mulai disaat membeli babi hingga kemudian bisa dijual dagingnya.

“Yang pertama itu, biaya mengangkat dari kandang ke mobil, biaya transportasi ke Rumah Potong Hewan (RPH). Itu belum biaya di RPH dan mengangkutnya ke pajak (pasar). Belum lagi biaya di pajak ini, mulai dari kontribusi kios, sampai plastik dan lainnya,” bebernya mengakhiri. (ferry/hm16)

 

journalist-avatar-bottomRedaktur Jansen Siahaan