Barang Pabrikan Hancurkan Usaha Pengrajin Pernak-pernik Natal
Barang Pabrikan Hancurkan Usaha Pengrajin Pernak Pernik Natal
Pematang Siantar, MISTAR.ID
Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, pedagang pernak-pernik di Kota Pematang Siantar mulai bermunculan. Toko-toko yang pada dasarnya menjual barang elektronik mulai menjajakan aksesoris natal. Harganya pun beragam, puluhan hingga jutaan rupiah.
Namun, ada yang harus berjuang di antara para pedagang pernak-pernik natal tersebut, yakni pengrajin yang sekaligus berjualan hasil karyanya. Seperti yang dialami Ricky Toreh.
Pengrajin barang bekas yang setiap harinya menjajakan dagangannya di Jalan Sisingamangaraja depan Kampus Universitas Simalungun itu mengatakan, menjelang natal biasanya ia dan beberapa anggotanya membuat karya aksesoris hari besar agama Kristen dari barang-barang bekas. Begitupun saat Hari Raya Idul Fitri.
Baca juga: Jelang Imlek 2023, Permintaan Pernak Pernik di Medan Meningkat
Kali ini kuantitas dagangan Ricky jauh berkurang dari tahun sebelumnya. Ia pun terpaksa meminimalisir pengeluaran untuk modal usaha karena pelanggan semakin berkurang.
Ricky mengungkapkan, tahun ini ia hanya menjual sisa barang-barangnya tahun lalu dan membeli sedikit barang pabrikan untuk dijual kembali.
Sebab pedagang yang menjual barang pabrikan membanting harga jauh di bawah standar harga dagangannya. Untuk itu ia tidak lagi membuat kreasi aksesoris Natal untuk dijual.
“Ibaratkan kalau harga yang kami buat sendiri dijual Rp500 ribu. Kalau dari pabrik itu hanya Rp250 ribu. Kami gak sanggup menyaingi harganya,” ucapnya, Jumat (8/12/23).
Ia mengaku gempuran barang pabrikan menjatuhkan harga barang para pengrajin seperti dirinya. Namun ia tidak ingin menyalahkan keadaan. Sebab jika menggunakan egoisme konsumen, barang tersebut sangat dibutuhkan.
“Konsumen tidak ingin tahu itu bagaimana kualitas barang. Ya memang seperti itu, dan kita tidak boleh menyalahkannya,” ujarnya.
Selain barang pabrikan yang semakin menjamur, toko-toko online juga berefek ke usahanya. Lagi-lagi ia tidak ingin menyalahkan siapapun. Sebab kreasi seseorang, kata Ricky akan lebih tertantang.
Baca juga: Menyambut Kemeriahan Natal dengan Pernak Pernik Mewah
“Kreativitas itu memang muncul di saat kita terdesak. Diri kita harus di-upgrade,” katanya.
Diutarakan Ricky, kondisi seperti saat ini hampir tidak berlaku saat menjelang Idul Fitri. Aksesoris lebaran, kata dia, tidak banyak yang dapat diproduksi pabrik. Seperti bedug dan lainnya.
“Seperti bedug. Karena itu ukurannya besar, jadi lebih besar di ongkos kalau pabrikan,” ungkapnya.
Alasan Ricky mempertahankan dagangan pernak-pernik Natal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tetapnya. “Ya mereka yang memang setiap tahun datang ke sini. Karena memikirkan itu juga lah salah satunya,” ucapnya. (gideon)
PREVIOUS ARTICLE
Wakapolres Langkat Pimpin Peringatan HUT Logistik Polri Ke-76