Monday, April 28, 2025
home_banner_first
NASIONAL

Sosok Aura Cinta yang Ribut dengan Gubernur Jabar Gegara Larangan Wisuda

journalist-avatar-top
Senin, 28 April 2025 09.17
sosok_aura_cinta_yang_ribut_dengan_gubernur_jabar_gegara_larangan_wisuda

Tangkapan layar saat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat berbincang dengan Aura Cinta. (f: ist/mistar)

news_banner

Bekasi, MISTAR.ID

Nama Aura Cinta mendadak viral di media sosial setelah video perdebatan antara dirinya dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tersebar luas. Momen perdebatan itu terjadi saat keduanya membahas isu penggusuran rumah warga di Cikarang, Bekasi, namun beralih menjadi perdebatan hangat soal larangan wisuda di sekolah.

Insiden ini terjadi, Minggu (27/4/2025), saat Gubernur Dedi menemui warga terdampak penggusuran. Dalam pertemuan tersebut, Aura Cinta, yang diketahui baru saja kehilangan tempat tinggal, mengkritik kebijakan larangan wisuda yang baru diterapkan oleh pemerintah provinsi.

Aura Cinta adalah seorang lulusan SMA Negeri 1 Cikarang Utara. Ia berasal dari keluarga sederhana. Sang ibu merupakan ibu rumah tangga, sedangkan ayahnya berprofesi sebagai pedagang. Saat ini, keluarganya tengah kesulitan secara ekonomi setelah tempat tinggal mereka tergusur.

Meski dalam kondisi sulit, Aura tetap menyuarakan pandangannya dengan lantang. Ia mempertanyakan larangan wisuda yang dianggapnya mengabaikan nilai emosional bagi siswa.

“Ini bukan soal biaya atau kemewahan. Ini soal penghargaan terhadap apa yang telah kami capai bersama—simbol kebersamaan yang tak bisa diulang,” ujar Aura dalam video yang viral itu.

Gubernur Dedi Mulyadi tetap bersikukuh dengan kebijakannya. Menurutnya, wisuda sering kali membebani orang tua dan guru karena berujung pada pungutan dan tekanan dari sekolah.

Ia juga menekankan bahwa kenangan indah dalam masa sekolah tidak hanya tercipta di acara perpisahan. “Kenangan itu bukan pada saat perpisahan. Kenangan indah itu saat belajar tiga tahun bersama,” katanya.

Sebagai solusi, Dedi menyarankan agar siswa yang ingin mengadakan perpisahan melakukannya secara mandiri, tanpa embel-embel resmi dari sekolah. “Kumpul-kumpul aja sama teman. Tapi jangan bawa-bawa sekolah,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Dedi juga menyinggung soal skala prioritas kritik yang seharusnya ditujukan kepada kebijakan yang benar-benar berdampak besar terhadap masyarakat miskin.

“Banyak rakyat miskin nggak punya rumah lagi, rumahnya di bantaran kali. Tapi sekolahnya gaya-gayaan, ada wisuda,” katanya.

Perdebatan antara Aura dan Dedi Mulyadi menuai banyak respons dari netizen. Banyak yang memuji keberanian Aura dalam menyuarakan pendapat, sementara tak sedikit pula yang mendukung kebijakan gubernur terkait efisiensi dan pemerataan pendidikan.

REPORTER: