Ini Tanggapan Pemerhati Kesehatan Terkait Inovasi Teknologi Nyamuk Wolbachia


ini tanggapan pemerhati kesehatan terkait inovasi teknologi nyamuk wolbachia
Medan, MISTAR.ID
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengeluarkan inovasi teknologi nyamuk wolbachia yang telah disebar di Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (NTT). Langkah itu adalah salah satu strategi menekan angka kasus penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.
Nyamuk wolbachia yang belakangan disebut sebenarnya adalah nyamuk aedes aegypti yang diinfeksi dengan bakteri wolbachia. Teknologi ini bertujuan untuk mengendalikan penularan virus dengue, penyebab penyakit DBD, karena bakteri tersebut akan berkompetisi dengan virus di tubuh nyamuk.
Menanggapi hal ini, pemerhati kesehatan masyarkat Sumut Prof Dr Umar Zein DTM&H SpPD-KPTI berharap virus DBD yang ada di nyamuk sudah non aktif tidak berkembang. Sehingga, bila menggigit manusia sudah tidak menularkan virus DBD lagi.
“Inikan upaya pencegahan di tengah masyarakat. Ini suatu temuan baru dalam mencegah penyebaran penyakit DBD. Jadi ini bukan menyebarkan nyamuk karena nyamuknya tetap. Hanya saja menyebarkan bakteri tadi ke nyamuk,” ujarnya, Rabu (22/11/23).
Baca Juga : Kasus DBD di Medan Menurun Sejak Dua Bulan Terakhir
Adapun bakteri yang diberikan pada nyamuk tersebut, menurutnya tidak bisa ditularkan nyamuk ke orang lain. Bakteri ini kalau masuk ke tubuh manusia juga tidak menyebabkan penyakit.
“Lantaran nyamuk tadi menyebarkan bakteri bukan virus,” imbuh Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Penyakit Tropik tersebut.
Saat ditanya terkait ada isu berkembang yang bisa menyebabkan penyakit kaki gajah pada anak-anak dan pada ibu hamil anaknya bisa hifrosefalus, dibantah Prof Umar Zein.
“Apakah isu itu sudah ada buktinya. Karena penyebab penyakit kaki gajah bukanlah bakteri melainkan cacing. Lalu penyebab dari hidrosefalus beda virusnya. Jadi yang menyatakan itu tidak paham. Karena nyamuk itu membawa bakteri sehingga sudah tidak membawa atau menularkan virus DBD tadi,” jelasnya.
Baca Juga : Ada 369 Kasus DBD di Simalungun, Kadinkes: Tidak Ada Peningkatan
Sementara itu, kepada masyarakat dalam menanggulangi penyebab DBD tetap diminta untuk mengurangi populasi nyamuk. Caranya masih melalui fogging dan juga pemberantasan jentik.
“Sehingga program menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air dan mendaur ulang barang yang memiliki potensi berkembang biaknya nyamuk harus tetap dijalankan masyarakat,” pungkasnya. (anita/hm24)
PREVIOUS ARTICLE
Pengembalian Uang Lampu Pocong Sudah 12,6 Miliar