Ingin Ubah Stigma Negatif Masyarakat Pada Disabilitas, Mahasiswa Tunanetra Bangun Usaha Ternak Lele
Ingin Ubah Stigma Negatif Masyarakat Pada Disabilitas Mahasiswa Tunanetra Bangun Usaha Ternak Lele
Medan, MISTAR.ID
Penyandang tunanetra, Agustinus Tamsar (23), memiliki impian besar mengubah stigma negatif terhadap golongan disabilitas. Dengan keterbatasan penglihatannya, Agustinus telah memulai usaha ternak lele. Belum lama ini dia juga baru saja melakukan pembibitan 8.000 ekor.
Mahasiswa semester 7 jurusan Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara (USU) ini mengaku, hasil lele sebelumnya pernah diuji coba untuk membuat olahan nugget, namun gagal.
“Karena masih pengalaman pertama jadi masih banyak kelalaian atau kesalahan yang terjadi sehingga tidak maksimal. Bisa dibilang hanya balik modal, tapi tidak rugi,” katanya kepada Mistar.id, Senin (16/12/24).
Baca juga:Program Kubik Bantu Kaum Disabilitas Kembangkan Usaha
Hal tersebut sempat membuat Agus berencana menjual langsung lelenya setelah panen. Namun, setelah meriset lebih dalam, Agus dan rekannya Anto Manurung, akhirnya memutuskan untuk belajar lebih serius dari mentor dan orang-orang yang ahli di bidangnya.
“Karena setelah kami eksplor lagi lebih jauh ternyata kulit lele itu bisa dibuat jadi keripik. Jadi harusnya kita bisa jadi untung banyak gitu kan, daging-dagingnya bisa kita buat jadi nugget dan kulitnya bisa jadi keripik,” lanjutnya.
Dengan semangat tinggi, Agus menyebutkan, sebagai seorang tunanetra, ia dan Anto memiliki kesulitan untuk melihat perkembangan ikan secara menyeluruh. Mulai dari menyortir, melihat apakah ikan lincah atau lemas, kondisi air apakah sudah berlumut, dan lainnya.
Baca juga:Yayasan Karya Murni Gelar HDI untuk Tingkatkan Kesadaran tentang Isu Disabilitas
Oleh karena itu, lanjutnya, mereka membutuhkan bantuan dari orang sekitar. Beruntungnya, ternak lele milik Agus ini berada di lingkungan Yayasan Karya Murni Jalan Karya Wisata, Gedung Johor, dan merupakan sekolah inklusi.
“Di asrama juga kan inklusi, jadi ada juga adik-adik yang non disabilitas, kadang kita minta bantuan mereka. Kadang juga minta bantuan tukang kebun,” ungkapnya.
Agus menyebutkan, modal awal mereka membuat ternak lele ini berasal dari yayasan dan sebuah lembaga dengan program bernama Kelompok Usaha Bisnis Inklusi (Kubik) yang mendanai sebesar Rp10 juta.
Baca juga:Kasus Dugaan Kekerasan Seksual oleh Disabilitas IWAS di Mataram
“Kalau bibit yang 8.000 ekor lele itu, kita dapat dari Pemerintah Kota Medan. Kita buat proposal waktu itu,” jelasnya.
Untuk mendukung usaha ternak lelenya, anak keempat dari lima bersaudara ini, berinisiatif untuk menjual keripik pada setiap acara.
“Aku mengambil (keripik) dari orang. Rencananya setiap ada acara aku akan menjual untuk tambahan modal ternak lele. Ke depannya kita mau urus via online sepertinya,” tambahnya lagi.
Minimnya lapangan pekerjaan dan stigma negatif yang melekat di masyarakat tentang disabilitas, membuat Agus semakin optimis dan bersemangat untuk menjadi orang sukses.
“Kita kurang dipercayai, masih banyak dibully dan direndahkan. Masih sangat-sangat terdiskriminasi. Jadi aku punya prinsip, kalau kita bisa sendiri kenapa tidak. Jadi dengan adanya ternak ikan ini, harapannya bisa sukses dan memenuhi kebutuhan diri sendiri,” sambungnya dengan penuh semangat. (susan/hm17)
NEXT ARTICLE
Jamin Keamanan Natal, Polres Tanjung Balai Razia