Anggota Polri Ditemukan Tewas Gantung Diri di Sumut, Psikolog Beberkan Penyebabnya
Psikolog Irna Minauli. (f:net/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Dalam kurun waktu kurang lebih 14 hari atau 2 pekan, dua anggotanya Kapolda Sumatera Utara (Sumut), Irjen Pol Wisnu Hermawan Febrianto ditemukan tewas gantung diri.
Temuan personel tewas gantung diri itu pertama kali terjadi pada Senin (13/1/25). Personel Polres Dairi yang bertugas di Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ditemukan tewas gantung diri di ruang kerjanya.
Korban diketahui bernama Fahri Al Azhari dengan pangkat terakhir Brigadir Polisi Dua (Bripda). Kabarnya, dalam kasus pihak keluarga dari Bripda Fahri Al Azhari menolak untuk melakukan otopsi jenazah korban. Mereka menilai, korban meninggal dunia karena murni gantung diri.
Korban yang kedua yakni personel Polsek Harian Polres Samosir, atas nama Johan Freddy Sinurat pangkat terakhir Brigadir Polisi (Brigpol). Brigpol Johan Freddy Sinurat ditemukan tewas dalam kondisi gantung diri pada Senin (27/1/25) sekitar pukul 23.00 WIB di Polsek Harian.
Psikolog asal Medan, Irna Minauli mengatakan apabila dilihat secara fisik Polri terlihat gagah, secara finansial juga cukup mumpuni dan secara sosial memiliki kedudukan yang disegani dalam masyarakat. Namun, penelitian menunjukkan bahwa polisi merupakan salah satu pekerjaan dengan tingkat stres yang cukup tinggi.
“Sekitar 74,4 persen polisi melaporkan bahwa mereka mengalami tingkat stres yang tinggi,” ujar Irna Minauli, Jumat (30/1/25) malam.
Dijelaskannya, adapun berbagai penyebab tingkat stres yang tinggi antara lain, karena mereka secara berulang dihadapkan pada peristiwa traumatis seperti pembunuhan, kecelakaan, kekerasan, situasi kritis hingga kematian.
Hal ini dapat menimbulkan Post-traumatic stress disorder (PTSD) yang menimbulkan kelelahan secara emosional dan adanya pikiran-pikiran bunuh diri. Dijelaskan Irna, terlebih ketika mereka merasa bersalah karena tidak mampu menyelamatkan korban, tingkat stres kerja yang tinggi, hingga sering menimbulkan kejenuhan yang membuat mereka sering kelelahan dan merasa tidak berdaya.
“Mereka sering terputus hubungan dengan keluarganya sehingga kurang mendapatkan dukungan sosial, terlebih ketika lingkungan kerjanya tidak mampu menjadi support system bagi dirinya,” jelas Irna Minauli.
Dalam sesi konseling, lanjut Irna, sering dijumpai polisi yang mengalami depresi karena berkonflik dengan atasan atau rekan kerjanya. Mereka (anggota polisi) yang memiliki idealisme yang tinggi, terkadang menjadi tertekan ketika menghadapi lingkungan yang tidak sesuai dengan norma yang dianutnya.
“Seringkali seorang polisi baik merasa harus berhadapan dengan para polisi korup dan jahat (good cop vs bad cop),” ungkapnya.
Menurut Irna, akumulasi dari pengalaman traumatik, stres dan tekanan terhadap pekerjaan sangat menguras kesehatan mental polisi sehingga dapat mengarah pada tindakan bunuh diri. Kondisi ini diperparah, sambungnya, ketika mereka kurang memiliki akses terhadap layanan kesehatan mental dari lembaganya.
Memang secara umum, jumlah psikolog atau tenaga kesehatan jiwa di kepolisian tampaknya belum memadai. Selain adanya keengganan karena khawatir dapat mengganggu karir atau nama baiknya.
“Itu sebabnya, perlu dikembangkan kerja sama dengan berbagai layanan psikologi sehingga dapat membantu para polisi yang memiliki masalah kesehatan mental,” imbuhnya.
Disebutkan Irna, evaluasi psikologis sebaiknya dilakukan secara berkala, idealnya setiap enam bulan sekali sehingga diharapkan dapat mencegah kejadian bunuh diri di kemudian hari.
"Pendekatan agama juga akan sangat membantu menguatkan mental mereka. Selain itu, secara organisasi, rotasi secara berkala diharapkan dapat mencegah kejenuhan dan kemungkinan konflik internal dengan atasan atau rekan kerjanya," sebutnya.
Kasubdit Penmas Polda Sumut, Kompol Siti Rohani saat dikonfirmasi Mistar menyebut korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dengan posisi tergantung di Mako Polsek Harian Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir.
Semenrtara itu, Kapolda Sumut, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp belum direspon. (matius/hm18)