Thursday, March 6, 2025
home_banner_first
KULINER

Kerap jadi Menu Berbuka Puasa, Begini Proses Pembuatan Lengkong

journalist-avatar-top
By
Rabu, 5 Maret 2025 15.16
kerap_jadi_menu_berbuka_puasa_begini_proses_pembuatan_lengkong_

Usaha pembuatan lengkong milik Muhammad Herman Dani (f:susan/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Saat Ramadan tiba, jajanan tradisional semakin diburu masyarakat untuk menu berbuka puasa. Salah satunya adalah lengkong, atau yang dikenal dengan nama cincau hitam.

Lengkong biasanya dipotong berbentuk dadu ataupun diserut untuk dicampurkan ke dalam makanan maupun minuman yang tentunya dapat mengundang selera.

Muhammad Herman Dani, 25 tahun, pemilik usaha Lengkong Dani di Jalan Meranti, Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, mengatakan telah memulai usahanya sejak 2015 silam.

Dani mengaku bahwa dirinya mengikuti jejak sang ayah yang juga merupakan pengusaha lengkong.

“Saya dari 2015 ikut bapak selama 3 tahun, (sebelumnya produksi) di Jalan Sesar. Setelah saya tamat sekolah, saya nerusin. Di sini (Jalan Meranti) baru setengah tahun. Perdana inilah bulan puasa di sini,” katanya, Rabu (5/3/2025).

Dani menjelaskan, proses pembuatan cincau hitam ini berawal dari merebus daun lengkong hingga getahnya keluar. Setelah itu, getah disaring, dipindahkan ke drum lain, lalu dimasak dan dicampur dengan tepung tapioka dan tepung sagu.

Untuk takaran dalam satu drum, membutuhkan 5 kilogram daun lengkong, kemudian 5 kilogram tepung tapioka dan 2 kilogram tepung sagu.

Kemudian lengkong yang sudah jadi akan dituang kedalam talam, dan di tunggu selama kurang lebih 2 jam. Setelah dingin, lengkong akan dipotong-potong menjadi 9 bagian (kotak) per talamnya.

Dani mengatakan, lengkong buatannya hanya bisa bertahan sampai tiga hari di suhu ruang, dan satu minggu di dalam pendingin. Hal ini dikarenakan lengkong buatannya tidak menggunakan bahan pengawet.

Untuk bahan bakunya, Dani menggunakan daun lengkong yang dipesan langsung dari daerah Langkat.

Pada hari biasa, produksi lengkong Dani dapat mencapai 300 talam per hari. Namun saat Ramadan, permintaan mengalami peningkatan.

“Alhamdulillah di saat Ramadan permintaan naik. Kalau di bulan suci ini sekitar 2000 ataupun 2500 talam,” ujarnya.

Usahanya itu melibatkan 12 pekerja yang membantu proses produksi setiap hari. Dani mengatakan produksi maksimal bisa mencapai 15 drum dalam sehari, yang menghasilkan sekitar 2.500 talam.

Namun, kata Dani, peningkatan produksi biasanya hanya berlangsung selama 15 hari pertama Ramadan, setelah itu permintaan mulai menurun.

Meski begitu, Dani mengaku saat ini ada kendala pada ketersediaan kayu bakar sebagai bahan bakar utama dalam proses memasak.

"Kalau bahan lain aman, tapi kayu bakar yang kadang susah," ucapnya.

Lengkong Dani banyak dijual ke pasar-pasar tradisional di Medan. Selain itu, pesanan juga dilayani secara langsung jika ada permintaan dalam jumlah tertentu.

“Kalau orang jual lagi, (harga) sekitar Rp3.500. Cuma kalau orang beli eceran untuk puasa kita kasih harga Rp5.000 per satu kotaknya,” kata Dani.

Sang ayah, Muhammad Nursam, 55 tahun, mengaku usaha lengkong tersebut sudah berjalan lintas generasi.

"Kalau dibilang motivasi awal sih enggak ada, karena memang ini usaha keluarga. Dari kakek, bapak, terus saya, dan sekarang anak saya Dani yang nerusin," katanya.

Dani dan orang tuanya berharap usaha lengkong warisan keluarga ini bisa semakin berkembang dan terus bertahan.

“Harapannya, lebih maju dan lebih lancar lagi lah usaha kita ini,” tutur Dani. (susan/hm17)

RELATED ARTICLES