Thursday, March 13, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Korban Tewas Bentrokan Berdarah di Suriah Bertambah Menjadi 1.383 Orang

journalist-avatar-top
Rabu, 12 Maret 2025 23.36
korban_tewas_bentrokan_berdarah_di_suriah_bertambah_menjadi_1383_orang

Pasukan sekutu di Suriah melakukan pemeriksaan ke warga. (f: reuters/mistar)

news_banner

Damaskus, MISTAR.ID

Ribuan orang tewas di Suriah akibat bentrokan berdarah yang terjadi sejak pekan lalu. Bentrokan tersebut melibatkan pasukan pemerintah Suriah dan para loyalis mantan Presiden Bashar al-Assad.

"Setidaknya 1.383 warga sipil, sebagian besar dari mereka adalah warga Alawi, tewas dalam gelombang kekerasan yang melanda pantai Mediterania Suriah," kata pemantau perang di Suriah, seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (12/3/2025).

Syrian Observatory for Human Rights menyebutkan bahwa para warga sipil tewas akibat eksekusi yang dilakukan oleh pasukan keamanan dan kelompok sekutu. Lokasi bentrokan berada di jantung pesisir Alawi, yang merupakan kampung halaman Bashar al-Assad.

Meskipun kekerasan di Suriah sedikit mereda, jumlah korban terus meningkat karena ditemukan lebih banyak mayat. Mayat-mayat tersebut ditemukan di ladang atau rumah-rumah warga.

"Kematian terbaru tercatat di provinsi pesisir Latakia dan Tartus, serta di provinsi tetangga Hama," kata Syrian Observatory for Human Rights.

Organisasi tersebut menuding pasukan keamanan dan kelompok sekutu terlibat dalam eksekusi lapangan, pemindahan paksa, dan pembakaran rumah-rumah warga tanpa proses hukum yang jelas.

Kekerasan di Suriah dimulai pada Kamis (6/3/2025), ketika para loyalis Assad yang dibekali senjata melancarkan serangan terhadap pasukan keamanan pemerintah Suriah yang baru. Setidaknya 231 personel keamanan tewas dalam bentrokan tersebut, sementara 250 pejuang pro-Assad juga tewas.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB melaporkan telah mendokumentasikan "eksekusi kilat" yang diduga dilakukan berdasarkan motif sektarian. Presiden Suriah, Ahmad al-Sharaa, telah berjanji untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil dan membentuk komite pencari fakta.

Juru bicara komite tersebut, Yasser al-Farhan, menyatakan bahwa Suriah bertekad untuk mencegah balas dendam yang melanggar hukum dan memastikan tidak ada impunitas.

Pihak berwenang juga mengumumkan penangkapan sedikitnya tujuh orang sejak Senin (10/3/2025) atas dugaan pelanggaran terhadap warga sipil.

Hayat Tahrir al-Sham (HTS), cabang dari Al-Qaeda yang kini beroperasi di Suriah, masih dianggap sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara, termasuk Amerika Serikat. Sejak penggulingan Assad pada Desember 2024, banyak warga Alawi yang hidup dalam ketakutan akan balas dendam terhadap pemerintahan yang brutal. (mtr/hm24)

REPORTER:
TAGS