Monday, January 13, 2025
logo-mistar
Union
FILM

Film Sampai Nanti, Hanna! Ceritakan Harapan Orang Tua Menjadi Beban Anak

journalist-avatar-top
By
Friday, December 6, 2024 14:36
3
film_sampai_nanti_hanna_ceritakan_harapan_orang_tua_menjadi_beban_anak

Film Sampai Nanti Hanna Ceritakan Harapan Orang Tua Menjadi Beban Anak

Indocafe

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Di balik kisah cinta dan perjuangan Hanna di Sampai Nanti, Hanna!, terselip cerita tentang hubungan ibu dan anak yang penuh konflik emosional. Mami Hanna, yang diperankan dengan mendalam oleh Meriam Bellina, adalah sosok ibu yang ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sebagai ibu dari tiga anak, ia memegang prinsip bahwa keberhasilan anak-anaknya adalah cerminan dari keberhasilannya sebagai orang tua, terutama dalam hal pernikahan dan pilihan pasangan hidup.

Namun, apa yang dianggap “terbaik” oleh sang ibu, tidak selalu sejalan dengan apa yang diinginkan Hanna, anak bungsunya. Ketika harapan menjadi tekanan bagi Hanna, yang terlahir sebagai anak bungsu, hidup di bawah bayang-bayang dua kakaknya terasa berat.

Sang ibu sering membandingkan Hanna dengan kakak kakaknya, yang dianggap lebih sukses dan memenuhi ekspektasi keluarga. Hal ini perlahan membuat Hanna merasa terkungkung dan kehilangan kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri.

Baca juga: Belum Sebulan Sejak Tayang Perdana, Film Negeri Para Ketua Tembus 50 Ribu Penonton

Rumah, yang seharusnya menjadi tempat nyaman, berubah menjadi ruang penuh tekanan yang mempengaruhi kepercayaan diri dan emosional Hanna.

Meriam Bellina menjelaskan peran Mami Hanna dengan sudut pandang seorang ibu.

“Sebagai ibu, Mami Hanna ingin semua anaknya berhasil. Tapi kadang cara dia mengekspresikan itu tidak selalu benar. Dia tidak sadar bahwa membandingkan anaknya dengan yang lain justru menciptakan luka dan jarak,” kata Meriam Bellina berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Mistar.id, Jumat (6/12/24).

Apakah Parenting seperti Ini Relate dengan Kehidupan Nyata? Cerita Mami Hanna bukanlah hal yang asing. Banyak anak, terutama yang lahir sebagai bungsu atau anak tengah, sering merasa dibandingkan dengan saudara kandung mereka.

Harapan orang tua yang berlebihan, meskipun dimaksudkan sebagai motivasi, justru sering kali menjadi tekanan yang merusak hubungan.

Baca juga: Sutradara: Film Jadi Alat Advokasi untuk Permasalahan Sosial dan Lingkungan

Dalam film ini, penonton diajak untuk merenungkan bagaimana pola asuh seperti Mami Hanna bisa mempengaruhi perkembangan mental anak. Ketika harapan dan pembandingan terus dilakukan, anak mungkin merasa tidak cukup baik atau kehilangan arah dalam menemukan jati diri mereka.

Seorang penonton yang menonton Sampai Nanti, Hanna! di JAFF berkomentar, “Saya relate banget dengan cerita Hanna. Kadang orang tua ingin kita sukses, tapi mereka lupa kalau caranya bisa bikin kita merasa nggak cukup baik. Film ini bikin saya sadar, penting untuk bicara dan mengungkapkan apa yang kita rasakan,” katanya.

Sampai Nanti, Hanna! mengajak kita untuk merenungkan banyak aspek kehidupan, salah satunya hubungan orang tua dan anak. Melalui hubungan Hanna dan ibunya, film ini menunjukkan bagaimana cinta orang tua bisa berubah menjadi beban jika tidak disampaikan dengan cara yang tepat. (gideon/hm25)

journalist-avatar-bottomAnita Sinuhaji

RELATED ARTICLES