Tuesday, April 1, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Rupiah Terus Melemah, BI: Bukan Tanda Krisis

journalist-avatar-top
Kamis, 27 Maret 2025 14.34
rupiah_terus_melemah_bi_bukan_tanda_krisis

Bank Indonesia. (f: ist/mistar)

news_banner

Jakarta, MISTAR.ID

Bank Indonesia (BI) menegaskan pelemahan rupiah yang sempat menyentuh Rp16.600 per dolar AS bukan tanda Indonesia mengalami krisis seperti 1998. Pada perdagangan Selasa (25/3/2025) sore, rupiah melemah hingga Rp16.611 per dolar AS.

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) BI, Solikin M Juhro, menyatakan kondisi ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dibandingkan era krisis moneter Asia. Ia menekankan bahwa Indonesia telah banyak belajar dari pengalaman masa lalu.

"Setelah krisis Asia, kita belajar banyak. Saat itu, dampaknya besar karena kita kurang mampu mendeteksi kerentanan ekonomi. Sekarang, kita memperkuat desain kebijakan yang lebih prudent dan mengawal ketat semua aspek ekonomi, sehingga mampu bertahan menghadapi gejolak global," ujar Solikin, dilansir dari CNN Indonesia, Kamis (27/3/2025).

Ia juga menekankan perbedaan signifikan antara situasi saat ini dan krisis 1998.

"Dari sisi fundamental, kondisinya berbeda. Apakah nilai tukar Rp16 ribu saat ini sama dengan dulu? Tidak. Dulu, rupiah anjlok dari 2.800 rupiah langsung ke 16 ribu rupiah. Sementara cadangan devisa kita saat itu terbatas. Sekarang, kita memiliki mekanisme deteksi, pencegahan, dan penanganan yang jauh lebih baik," katanya.

BI terus memantau pergerakan rupiah dan mencari solusi terbaik untuk menjaga stabilitas.

"Situasinya masih jauh dari krisis, tapi tetap harus dimonitor dan dicarikan solusi. Pasar saham juga mulai rebound. BI akan terus mengawal dan menyesuaikan kebijakan sesuai kondisi pasar serta berkoordinasi dengan pemerintah," tutur Solikin.

Menurutnya, pelemahan rupiah saat ini lebih disebabkan oleh sentimen sementara, bukan faktor fundamental yang mengarah pada krisis besar.

"Kita tidak bisa hanya melihat angka 16.600. Bank sentral menjaga nilai tukar sesuai mekanisme pasar dan fundamental ekonomi. Jika ekonomi stabil, nilai tukar tidak akan bergejolak. BI berupaya mengurangi volatilitas yang tidak perlu, menjaga stabilitas, serta memastikan inflasi tetap rendah," tegasnya.

Untuk menjaga stabilitas ekonomi, BI juga mengambil langkah strategis dengan menambah likuiditas di pasar.

"Strategi kita saat ini adalah menambah likuiditas. Dalam kondisi ini, intervensi BI melalui penyerapan rupiah memang memerlukan tambahan likuiditas. Intinya, BI akan memastikan ketersediaan likuiditas guna menjaga keseimbangan ekonomi," katanya lagi. (cnn/hm20)

REPORTER:

RELATED ARTICLES