Tuesday, April 1, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Daya Beli Masyarakat Turun Jelang Lebaran, Ekonom UGM: Indonesia Sedang Tidak Baik-baik Saja

journalist-avatar-top
Minggu, 30 Maret 2025 18.05
daya_beli_masyarakat_turun_jelang_lebaran_ekonom_ugm_indonesia_sedang_tidak_baikbaik_saja

Sejumlah pemudik berjalan di peron setibanya di Stasiun Medan, Sumatera Utara, Sabtu (29/3/2025). PT KAI Divisi Regional I Sumatera Utara mencatat penjualan tiket kereta api untuk tanggal 26-29 Maret terjual sebanyak 101.460 kursi dari 175.912 kursi yang disediakan saat mudik Idul Fitri 1446 H. (Foto: Adil/Mistar)

news_banner

Yogyakarta, MISTAR.ID

Ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Hal ini terlihat dari daya beli masyarakat menjelang Lebaran tahun ini yang menunjukkan penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Perputaran uang pun selama Idul Fitri 2025 diprediksi turun. Hal ini merujuk pada jumlah pemudik yang mengalami penurunan. Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah pemudik diperkirakan hanya 146,48 juta orang atau sekitar 52% dari penduduk Indonesia. Angka itu turun 24% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik. Kamar Dagang dan Industri Indonesia juga menyebutkan asumsi perputaran uang di libur Idul Fitri 2025 diprediksi mencapai Rp137.975 triliun. Jumlah tersebut menurun dibanding perputaran uang selama Idul Fitri 2024 lalu mencapai Rp157,3 triliun.

Hal ini disampaikan ekonom dari Sekolah Vokasi UGM, Yudistira Hendra Permana, mengutip laman UGM, Minggu (30/3/2025).

Menurut Yudistira tren konsumsi Lebaran yang menurun disebabkan penurunan kemampuan daya beli masyarakat. Menurutnya, penurunan daya beli ini tercermin dari data tren deflasi yang terjadi. Yudistira juga menyoroti beberapa indikator ekonomi lain yang mengkhawatirkan. “Perbedaan tren konsumsi ini berkaitan dengan tren deflasi yang berlangsung hingga sekarang, melemahnya nilai tukar, kenaikan harga emas yang tinggi, penurunan IHSG, itu adalah hal-hal yang mengindikasikan kita tidak baik-baik saja,” katanya.

Permasalahan ekonomi yang kompleks ini, menurut Yudistira, disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Banyaknya permasalahan sosial, politik, dan ekonomi yang tidak kunjung selesai dengan baik. Apalagi, tekanan ekonomi global serta efisiensi anggaran yang masih sulit dipahami masyarakat arahnya. “Kegagalan dalam mengkoordinasi hal-hal tersebut menjadi akumulatif dan menyebabkan apa yang kita alami di hari ini,” ujarnya.

Yudistira menekankan bahwa permasalahan ekonomi ini dapat menimbulkan efek simultan yang merugikan. Potensi dampak tersebut berpengaruh besar terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). “Kalau merujuk pada UMKM, ini yang nantinya akan ada kekhawatiran. UMKM jumlahnya banyak, kuantitas orang bekerja di sektor tersebut juga besar sehingga ketika satu pukulan ekonomi terjadi pada sektor perdagangan kecil, maka orang-orang terdampak juga akan banyak sekali,” katanya.

Menghadapi situasi ekonomi yang menantang ini, Yudistira memberikan imbauan kepada masyarakat untuk berhemat. “Yang harus dilakukan masyarakat itu satu, kencangkan sabuk, siap-siap jika terjadi hantaman. Kalau bisa berhemat, ya juga ikut berhemat,” ujar Yudistira memberi saran.

Namun begitu, ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak terlalu ketat dalam berhemat. Tindakan berhemat ini di satu sisi akan menyebabkan perdagangan dan sektor-sektor aktivitas ekonomi berisiko sepi. “Ya, pelan-pelanlah. Kencangkan sabuk, tapi jangan terlalu kencang, nanti malah sakit sendiri. Jadi, berhemat dan konsumsi yang diperlukan saja,” katanya.

Yudistira juga meminta masyarakat mempersiapkan diri menghadapi kebutuhan lain di masa mendatang. “Selain Lebaran besok, masih ada tahun ajaran baru dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Bertahanlah dengan pekerjaan dan bisnis yang ada dulu sekarang,” tuturnya. []

REPORTER:

RELATED ARTICLES