BI Catat Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi Rp 6.488,79 T
Bi Catat Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi Rp 648879 T
Jakarta, MISTAR.ID
Bank Indonesia (BI) mencatat pada kuartal I 2024, posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia sebesar US$403,9 miliar atau sekitar Rp6.488,79 triliun (asumsi kurs Rp16.067 per dolar AS).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, ULN Indonesia mengalami penurunan dibandingkan dengan kuartal IV 2023 yang sebesar US$408,5 miliar atau Rp6.562,96 triliun. Penurunan posisi ULN tersebut bersumber dari ULN sektor publik maupun swasta.
Lebih rinci Erwin menjelaskan posisi ULN pemerintah pada kuartal I 2024 sebesar US$192,2 miliar. Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya yang mencapai US$196,6 miliar atau terkontraksi 0,9 persen, setelah tumbuh 5,4 persen pada kuartal sebelumnya.
Penurunan posisi ULN pemerintah, kata Erwin, dipengaruhi oleh perpindahan penempatan dana investor non residen pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen investasi lain seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca juga: Utang Indonesia Tembus Rp6.000 Triliun, Luhut Bilang Nggak Masalah
Pemanfaatan ULN pada kuartal I 2024 untuk mendukung belanja prioritas pemerintah dan perlindungan masyarakat, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dukungan tersebut mencakup antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (21,1 persen dari total ULN pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,3 persen), jasa pendidikan (16,9 persen), konstruksi (13,7 persen), serta jasa keuangan dan asuransi (9,6 persen).
“Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen dari total ULN pemerintah,” ujar Erwin.
Baca juga: Waduh, Utang Indonesia Hampir Rp 8.000 Triliun
Sementara ULN swasta juga tercatat menurun. Posisi ULN swasta pada kuartal I 2024 sebesar US$197,0 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya sebesar US$198,4 miliar.
Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,8 persen, lebih dalam dibandingkan kontraksi pada kuartal lalu sebesar 1,2 persen.
Kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari perusahaan bukan lembaga keuangan (non financial corporations) dan lembaga keuangan (financial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 1,8 persen (yoy) dan 1,6 persen (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan; jasa keuangan dan asuransi; pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 78,3 persen dari total ULN swasta.
Baca juga: Utang Indonesia Tembus Rp7.000 T, Luhut: Itu Utang Produktif
ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,1 persen terhadap total ULN swasta.
Lebih lanjut, Erwin memastikan struktur tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal itu tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 29,3 persen, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,8 persen dari total ULN.
Untuk menjaga struktur ULN tetap sehat, pemerintah dan Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN dan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. (cnn/hm17)