'Matahari di Taman Kota' Pertunjukan Teater yang Mengisahkan Perjalanan Manusia


Pertunjukan teater Matahari di Taman Kota Medan. (f:ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Kelompok Seni Pertunjukan Universitas Negeri Medan (Unimed), sukses menggelar pementasan teater keliling bertajuk Matahari di Taman Kota di Taman Ahmad Yani 15 Februari, lalu Taman Sri Deli 20 Februari, dan ditutup di Taman Beringin pada 23 Februari 2025 sore.
Sutradara sekaligus penulis naskah Matahari di Taman Kota, Frisdo Ekardo, mengatakan kesuksesan pertunjukan di tiga lokasi itu membuktikan seni teater tetap relevan sebagai media komunikasi dan refleksi sosial.
"Taman ini tempat interaksi yang hidup, dinamikanya memberi inspirasi tidak terbatas bagi seni pertunjukan," kata Frisdo kepada Mistar di Unimed Jalan Willem Iskandar Pasar V, Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, Senin (24/2/2025).
Dikatakannya, pertunjukan ini mengisahkan perjalanan ingatan dan memori manusia melalui karakter kakek dan nenek.
"Visualisasi yang kuat, perpaduan elemen komedi dan drama, serta interaksi dengan penonton secara langsung menjadikan pementasan semakin menarik," ucapnya.
Pertunjukkan ini, sambungnya, menyajikan cerita sederhana namun sarat makna.
"Tujuannya agar mudah dipahami dan pesan moral dapat tersampaikan dengan jelas," ujarnya.
Dosen seni pertunjukan tersebut juga menambahkan, bahwa teater ini dapat mengajak penonton merenung. Terkait filosofi taman sebagai ruang publik yang merekam perubahan zaman dan budaya.
"Pementasan di ruang terbuka memberikan pengalaman unik yang mempererat hubungan antara teater dan penonton," tuturnya.
Pertunjukan teater yang kaya emosi dan estetika tersebut, didukung sejumlah aktor berbakat, seperti Andre, Elisa, Meta, Putri, Aziz, dan Ainun.
Frisdo juga menekankan bahwa pendekatan yang dijalin antara aktor dan penonton, bertujuan membuat teater lebih dekat dengan masyarakat.
"Teater sering menghadapi tantangan untuk menarik perhatian penonton. Namun, dengan mengangkat kisah yang relevan, diharapkan pementasan ini mudah diterima dan diapresiasi," katanya.
Menurutnya, kisah pementasan teater ini membuat hati hangat dengan akting yang maksimal, dan keterlibatan penonton.
"Membuat pertunjukan ini bukan sekedar hiburan, melainkan pengalaman berkesan yang membekas di hati," tuturnya. (amita/hm25)
PREVIOUS ARTICLE
DPRD Simalungun Bahas Nasib Honorer yang Tak Lulus PPPK