LPK Hidroponik Ajari Warga Menanam Tanpa Tanah, Andalkan Sampah
Lpk Hidroponik Ajari Warga Menanam Tanpa Tanah Andalkan Sampah
Medan, MISTAR.ID
Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Siagian Junior Hidroponik saat ini memberikan pelatihan budidaya tanaman tanpa tanah dan pengelolaan sampah rumah tangga menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
Ditemui di salah satu warkop di Jalan Setia Budi, Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, instruktur LPK Siagian Junior Hidroponik, Hendrik Siagian (46), mengatakan LPK ini bermula dari hobinya bercocok tanam memanfaatkan teras rumah orang tuanya.
Kemudian, dia diarahkan oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL) untuk mendaftar jadi LPK.
Baca juga:Demoday dan Expo Wirausaha Merdeka di UMSU, ITSI Jual Sayuran Hidroponik
“Saya mau jadi saluran berkat. Saya juga mau mencerdaskan masyarakat menuju Indonesia emas. Kita ada dua program. Biasanya yang saya datangi satu per satu, itu gratis. Kalau yang ke desa atau kecamatan itu ada yang menggunakan anggaran dana desa atau dana kelurahan,” katanya, Selasa (12/11/24).
Produk-produk yang hingga saat ini jadi pelatihan LPK Siagian Junior Hidroponik kepada para peserta, di antaranya pembuatan sabun, lilin, lip balm dengan bahan alami, pupuk hidroponik dan pupuk organik yang berasal dari limbah.
“Jadi kita gunakan potensi yang ada di lingkungan. Seperti sabut kelapa bisa diolah menjadi KCL, rumput yang dibakar bisa menjadi kompos atau NPK, limbah sayur atau buah busuk diolah menjadi eco enzim untuk penyubur tanaman,” terang hendrik yang merupakan warga Medan Area.
Baca juga:Kisah Inspiratif Pemuda Simalungun Sukses Kembangkan Agrobisnis Hidroponik
Berjalan hampir 3 tahun, pria lulusan SMA ini menyebutkan bahwa LPK Siagian Junior Hidroponik menjadi binaan Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.
Memberikan pelatihan hingga ke Kabupaten Samosir dan Kecamatan Gunung Meriah, bagi Hendrik, kendala terbesar adalah saat peserta tidak konsisten, padahal tidak dipungut biaya.
Sebagai penggiat masyarakat, Hendrik memperhatikan bahwa hidroponik bagi sebagian orang hanyalah sebagai hobi, bukan usaha karena lahan sempit terlebih di perkotaan.
“Kalau di desa, problemnya adalah infrastrukturnya. Pemasarannya pun kalau misalnya dijual, harganya seperti sayur biasa, jadi kadang hanya untuk konsumsi pribadi. Tapi ke depannya, hidroponik akan semakin dibutuhkan, karena berkurangnya lahan pertanian,” lanjutnya.
Baca juga:Begini Cara Bercocok Tanam Hidroponik Bagi Pemula
“Dari data disebutkan, sebanyak 70 ribu hektar lahan pertanian di Indonesia berkurang setiap tahunnya, karena faktor beralihnya profesi, usia masyarakat. Karena jarang milenial mau bertani kan, walaupun pertanian teknologi,” tambahnya lagi.
Hendrik berharap, setiap masyarakat yang telah dibina, memperoleh kemandirian usaha serta memiliki kemampuan dalam membuat produk-produk sesuai dengan pelatihan yang telah dilakukan.
“Mudah-mudahan mereka juga semakin maju, memiliki usaha dengan bekal pelatihan yang kita berikan. Saya juga berkomitmen, selalu datang untuk melatih sampai mereka bisa dan bosan melihat saya,” tutupnya dengan tawa kecil. (susan/hm17)