Guru SMA di Tebing Tinggi Ciptakan Buku Belajar Kimia dengan Pantun


Fithri Indawahyuni, guru kimia di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. (f:ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Fithri Indawahyuni, 53 tahun, guru kimia di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, punya cara unik untuk mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran yang dianggap sulit itu.
Melalui pendekatan kreatif dengan pantun, ia membuat kimia menjadi lebih menyenangkan dan mudah dipahami muridnya.
“Saya sering melihat siswa sudah merasa takut duluan sebelum belajar kimia. Mereka menganggapnya sebagai momok gitu ya,” ujarnya kepada Mistar, Sabtu (19/4/2025).
Kondisi ini sempat membuat ibu empat anak ini cukup pusing, karena sebelum pembelajaran dimulai, siswa sudah memiliki afirmasi negatif.
Dari situ, guru yang telah mengabdi sejak 1995 itu mencari cara agar pelajaran kimia menjadi lebih menarik. Salah satu metode yang ia terapkan adalah ice breaking menggunakan pantun.
“Misalnya, saat memulai kelas, saya berikan pantun seperti ini: belajar sifat koligatif larutan, besarannya tergantung pada konsentrasi, hari Selasa selalu kunantikan, belajar kimia bersama Bu Fithri,” ucapnya.
Menurutnya, respons siswa sangat positif. Mereka lebih antusias dan tidak lagi tegang saat mengikuti pelajaran. Selain itu, ia juga menciptakan lagu kimia dengan lirik yang diadaptasi dari nyanyian anak-anak, seperti lagu ‘Potong Bebek Angsa’ yang diubah liriknya tentang konsep kimia.
Tidak hanya di kelas, Fithri juga menggunakan pantun dalam berbagai kesempatan, termasuk saat menjadi moderator atau MC di acara komunitas Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Kimia.
Apresiasi terhadap kreativitasnya semakin besar, hingga akhirnya ia terdorong untuk menulis buku berjudul ‘Belajar Kimia dengan Pantun’, yang merupakan kumpulan pantun kimia yang telah ia gunakan dalam pembelajaran dan berbagai acara.
Buku yang terdiri dari enam bab itu, sebut Fithri, juga untuk melestarikan kearifan lokal dengan output siswa yang aktif, cerdas, berkarakter dan berbudaya.
“Di Sumatera Utara, khususnya di kalangan suku Melayu, pantun adalah bagian dari tradisi yang sering digunakan dalam berbagai acara bahkan acara nasional,” kata ketua MGMP Kimia Kabupaten Serdang Bedagai itu.
Melalui buku yang ditulisnya, Fithri berpesan bahwa belajar akan terasa susah jika hati tidak terbuka menerima pelajaran.
“Jadi sebagai guru, tugas kita adalah berupaya membuka kunci-kunci siswa kita sehingga mereka senang belajar. Maka insya Allah mereka akan senang dengan pelajarannya, pelajaran itu insya Allah akan nyangkut,” tuturnya lagi.
Memiliki hobi membaca dan menulis sejak kecil, berikut beberapa karya Fithri di antaranya yaitu cerita pendek (cerpen) yang berjudul Kanik. Ia berhasil memenangkan lomba penulisan cerpen di salah satu majalah remaja, melalui karyanya ini.
Kemudian, buku pertamanya berjudul ‘Mudah Memahami Sistem Periodik Unsur dengan Media Kupubela’, juga membawanya menjadi Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Sumatera Utara tahun 2018.
Dilanjut dengan karya tulisnya berjudul ‘Penggunaan Kliping Sains dalam Upaya Membangun Literasi Sains’ yang memenangkan Juara Terbaik I pada Simposium GTK Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Tingkat Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018. (susan/hm25)
NEXT ARTICLE
Deretan Sekolah Kedinasan Sepi Pendaftar