Friday, April 25, 2025
home_banner_first
BINJAI-LANGKAT

Gaji hingga Rp20 Juta, Alasan Anak Muda Binjai Tergiur jadi Admin Judol di Kamboja

journalist-avatar-top
Rabu, 16 April 2025 14.48
gaji_hingga_rp20_juta_alasan_anak_muda_binjai_tergiur_jadi_admin_judol_di_kamboja

Pemuda asal Binjai berinisial RZ yang mengaku nyaris berangkat ke Kamboja karena tergiur mendapat gaji besar. (f: bayu/mistar)

news_banner

Binjai, MISTAR.ID

Fenomena anak muda asal Kota Binjai yang tergiur bekerja sebagai admin judi online (judol) di Kamboja kian menjadi perhatian publik. Meski pekerjaan ini tergolong ilegal dan penuh risiko, daya tarik utamanya adalah gaji tinggi yang ditawarkan.

Seorang mantan pekerja judol asal Binjai yang meminta identitasnya dirahasiakan mengaku pernah bekerja di Kamboja dan membagikan pengalamannya kepada Mistar, Rabu (16/4/2025).

“Gaji pokoknya Rp8 juta per bulan, belum lagi bonus bisa sampai Rp10 juta. Ditambah uang makan minum sekitar Rp4 juta. Jadi kalau ditotal, bisa dapat sekitar Rp20 juta sebulan,” ujarnya.

Ia mengatakan, banyak anak muda tergoda karena dalam waktu singkat bisa membeli kendaraan, membangun rumah, hingga bergaya hidup mewah. Namun, di balik itu semua, pekerjaan tersebut menyimpan risiko besar. “Banyak yang gak tahan. Kalau buat kesalahan, bisa disiksa. Banyak juga yang akhirnya kabur atau minta dipulangkan,” katanya.

Sebagai admin judol, para pekerja biasanya ditugaskan sebagai operator untuk melayani pemain—baik dalam proses penarikan dana maupun saat memasang taruhan. Ada juga yang ditempatkan sebagai operator live chat.

Hal senada disampaikan RZ, 19 tahun, pemuda asal Jalan Flores, Lingkungan III, Kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Binjai Utara, yang nyaris berangkat ke Kamboja untuk bekerja sebagai admin judol. Namun, pada hari terakhir sebelum keberangkatan, ia mengurungkan niatnya lantaran tidak mendapat restu dari orang tua.

RZ mengatakan, ia pertama kali mengetahui lowongan kerja itu dari temannya yang sudah lebih dulu bekerja di Kamboja. Tergiur gaji Rp7 juta per bulan, ia meminta temannya mengurus keberangkatannya melalui agen penyalur di Binjai.

“Paspor dan tiket pesawat sudah dibelikan. Tapi karena nggak dapat izin orang tua, saya batal berangkat. Setelah itu, saya malah diteror penyalur yang minta uang ganti rugi,” ucapnya.

Beruntung, kata RZ, agen penyalur tersebut sudah ditangkap polisi sebelum sempat menagih kembali uang ganti rugi secara langsung. “Untung agennya ditangkap polisi, jadi dia nggak sempat datang lagi minta uang tiket dan paspor,” katanya.

RZ juga membeberkan bahwa modus yang digunakan untuk berangkat ke Kamboja adalah dengan terlebih dahulu transit ke Malaysia menggunakan paspor turis. Setelah berada beberapa hari di Malaysia, barulah mereka diberangkatkan ke Kamboja secara diam-diam.

“Dari sini kami ada 18 orang yang rencananya mau berangkat. Tapi semua batal karena agennya lebih dulu ditangkap,” ujarnya. (bayu/hm24)

REPORTER: