Komunitas Betor Tolak Taksi Online Ambil Penumpang di Stasiun Kereta Api Kisaran


Spanduk bernarasikan imbauan kepada taksi online agar tak ambil penumpang di Stasiun KA Kisaran. (f:perdana/mistar)
Asahan, MISTAR.ID
Komunitas becak bermotor (betor) di kawasan Stasiun Kereta Api Kisaran, Kabupaten Asahan menyatakan penolakan mereka terhadap kehadiran angkutan taksi online berbasis aplikasi.
Para pengemudi betor menilai keberadaan transportasi berbasis daring ini berpotensi mengancam mata pencaharian mereka yang telah bergantung pada penumpang dari stasiun tersebut selama bertahun-tahun.
Amatan wartawan, penolakan tersebut disampaikan para abang becak ini melalui pengumuman lewat spanduk yang ditulis dan ditempatkan di sebuah tiang listrik tempat mereka biasa mangkal. Ada dua buah spanduk sebagai himbauan, sekaligus peringatan di kawasan tersebut terhadap sopir taksi online aplikasi.
“Untuk menghindari benturan kami betor stasiun kereta api menolak Maxim Car mangkal di depan Stasiun KA Kisaran,” demikian isi tulisan himbauan dalam spanduk tersebut saat dilihat mistar, Jumat (7/3/2025).
Salah seorang pengemudi betor bernama Syahrul mengatakan, bahwa keberadaan taksi online di kawasan Stasiun Kisaran telah menyebabkan berkurangnya jumlah penumpang yang biasa menggunakan jasa mereka.
“Kami sudah lama mangkal di stasiun ini. Semenjak mereka masuk pendapatan kami semakin menurun, karena banyak penumpang yang beralih ke mereka,” ujar Syahrul saat ditemui di kawasan Stasiun Kisaran.
Menurutnya, spanduk imbauan tersebut sudah dipasang sekitar dua minggu yang lalu agar tidak terjadi gesekan yang lebih luas antara pengemudi betor dan sopir taksi online.
“Udah adalah lebih dua minggu dipasang. Tapi masih ada juga kami lihat satu-satu yang nekat ambil penumpang, tapi mereka jemputnya enggak pas di depan stasiun,” kata Syahrul.
Sebelumnya, Alex Margolang selaku koordinator Barisan Rakyat Abang Becak Asahan (Barabas) pernah menyampaikan hal tersebut ke Pemkab Asahan, melalui aksi unjuk rasa yang mereka lakukan beberapa waktu lalu di kantor bupati setempat.
Mereka menyatakan keberatannya terhadap keberadaan layanan angkutan berbasis online seperti Maxime dan Grab yang dinilai merugikan pengemudi becak tradisional di Kota Kisaran. (perdana/hm16)