Admin Medsos Wali Kota Surabaya Mundur Usai Candaan Terekam Live Instagram

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. (foto:diskominfojatim/mistar)
Surabaya, MISTAR.ID
Media sosial tengah diramaikan oleh beredarnya potongan video siaran langsung dari akun resmi Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, yang berujung pada pengunduran diri salah satu admin tim media sosial.
Video tersebut memicu beragam reaksi warganet karena percakapan internal terekam tanpa disadari saat fitur live belum sepenuhnya dimatikan.
Insiden itu terjadi ketika akun resmi Wali Kota Surabaya melakukan siaran langsung untuk mendokumentasikan kegiatan Eri Cahyadi di lapangan. Setelah sesi live dijeda, mikrofon masih aktif dan secara tidak sengaja merekam percakapan anggota tim admin di balik kamera.
Dalam video yang kini viral di TikTok dan Instagram, terdengar suara seorang perempuan dari tim media yang melontarkan candaan terkait rekaman kegiatan Eri Cahyadi saat turun ke lapangan ketika hujan.
Baca Juga: Media Online Bukan Hanya Pelapor, Tetapi Penjaga Akal Sehat Publik dari Informasi di Medsos
“Kalau Bapak ada hujan lagi, rekaman video Wali turun ke lapangan kita simpan aja. Nanti bisa diunggah lagi kalau ada hujan,” ujar seorang perempuan dalam video live tersebut, seperti dilansir, Minggu (2/11/2025).
Ia kemudian menambahkan dengan nada bercanda:“Kan nyipratin Bapak disemprot, kayak gini kan bagus tuh Bapak turun. Videonya kita simpan dulu aja, biar besok hujan bisa dipakai lagi, epok-epok keliling.”
Istilah “epok-epok keliling”, yang dalam bahasa Jawa berarti pura-pura bekerja, menjadi pemicu reaksi publik. Banyak warganet menilai candaan tersebut dapat menimbulkan kesan seolah kegiatan lapangan Wali Kota hanya bersifat pencitraan.
Video yang pertama kali diunggah akun TikTok @exploretuban pada 1 November 2025 itu telah ditonton lebih dari 1,3 juta kali. Berbagai tanggapan bermunculan, mulai dari kritik hingga empati terhadap tekanan kerja tim media.
Admin Mengundurkan Diri dan Meminta Maaf
Perempuan dalam video tersebut diketahui bernama Hening Dzikrillah. Ia kemudian mengunggah video klarifikasi melalui akun Instagram pribadinya, @heningdzikrillah, dengan menahan tangis saat menyampaikan permintaan maaf.
Hening menjelaskan bahwa komentarnya hanyalah candaan pribadi kepada rekan kerja, tanpa bermaksud menyinggung Wali Kota maupun masyarakat Surabaya. Ia menegaskan bahwa pengelolaan media sosial dilakukan sepenuhnya oleh tim admin, bukan langsung oleh Eri Cahyadi.
“Saya memohon maaf sebesar-besarnya atas apa yang saya lakukan. Ini murni kesalahan pribadi saya, meskipun konteksnya saya bercanda dengan teman semobil saya,” ujarnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab, Hening menyatakan pengunduran dirinya dari tim media sosial Wali Kota Surabaya.
“Dengan penuh rasa tanggung jawab, saya memohon maaf kepada Pak Wali Kota dan saya mengajukan pengunduran diri.”
Usai menyampaikan klarifikasi, Hening justru mendapat banyak dukungan dari warganet.
“Semua orang bisa salah, tapi tidak semua berani bertanggung jawab. Semangat, Mbak Hening,” tulis akun @d.diah.
“Jadikan ini pelajaran berharga, kesalahan bisa jadi awal untuk naik derajat. Semangat, @heningdzikrillah,” tulis akun lain.
Respons DPRD Surabaya dan Pemerintah Kota
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Arif Fathoni, meminta agar insiden tersebut tidak dibesar-besarkan. Ia menilai kejadian itu merupakan kelalaian individu dan tidak sepatutnya dijadikan dasar untuk menilai kegiatan lapangan Wali Kota sebagai pencitraan.
“Saya kira itu murni kelalaian individu. Tidak elok jika kemudian dianggap kegiatan lapangan Pak Wali hanya pencitraan. Warga Surabaya tahu seperti apa beliau bekerja,” ujar Arif Fathoni di Surabaya, Minggu (2/11/2025).
Arif juga menilai keputusan Hening untuk meminta maaf dan mundur dari jabatannya menunjukkan tanggung jawab moral yang patut diapresiasi.
“Staf itu sudah meminta maaf dan mengundurkan diri. Itu langkah terhormat yang jarang dilakukan di birokrasi,” tambahnya.
Menurut Arif, Eri Cahyadi bukan tipe pemimpin yang gemar tampil di media sosial. Ia kerap turun langsung ke lapangan tanpa sorotan kamera.
“Mas Wali turun malam-malam meninjau jalan rusak di kawasan Jagir sampai Panjang Jiwo. Tidak ada kamera, tidak ada live, tapi sebulan kemudian jalan itu sudah diaspal. Warga yang merasakan manfaatnya,” tuturnya.
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi para pekerja di bidang komunikasi publik untuk selalu berhati-hati saat menggunakan fitur siaran langsung. Satu percakapan internal yang terekam tanpa sengaja dapat menimbulkan persepsi luas di masyarakat dan berpotensi menimbulkan dampak reputasi yang signifikan.
Hingga artikel ini diterbitkan, pihak Pemerintah Kota Surabaya belum mengeluarkan pernyataan resmi tambahan terkait viralnya video tersebut. (hm16)
























