Samia Suluhu Menang Telak di Pemilu Tanzania, Ratusan Tewas dalam Aksi Protes

Samia Suluhu Hassan. (Foto: Khusoko/Mistar)
Dodoma, MISTAR.ID
Presiden Tanzania, Samia Suluhu Hassan,memenangkan pemilihan umum dengan perolehan suara lebih dari 97 persen. Perolehan suara ini memicu gelombang demonstrasi yang menewaskan ratusan orang di berbagai wilayah negara tersebut.
Hasil resmi diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum Tanzania pada akhir pekan lalu. Hassan, yang memimpin sejak 2021 setelah wafatnya presiden sebelumnya, akan melanjutkan masa jabatan baru selama lima tahun ke depan untuk memimpin negara berpenduduk sekitar 68 juta jiwa di kawasan Afrika Timur itu.
Kemenangan besar ini disebut sebagai salah satu hasil pemilu paling dominan di wilayah tersebut — serupa dengan kemenangan rutin Paul Kagame di Rwanda.
Namun, proses pemilu Tanzania yang digelar pada 29 Oktober 2025 diwarnai kekacauan. Sejumlah lembaga hak asasi manusia, termasuk Amnesty International, melaporkan terjadinya penghilangan paksa, penahanan sewenang-wenang, hingga pembunuhan di luar hukum menjelang dan sesudah pemungutan suara.
Menurut laporan partai oposisi Chadema, total sekitar 700 orang tewas akibat bentrokan antara aparat dan pengunjuk rasa sejak demonstrasi pecah pada Rabu (29/10).
“Korban di Dar es Salaam mencapai sekitar 350 orang, di Mwanza lebih dari 200, dan sisanya tersebar di sejumlah kota lain,” ujar John Kitoka, juru bicara Chadema, dikutip dari AFP.
Pemilu tersebut menuai kritik keras karena dituding sarat kecurangan. Samia Suluhu Hassan dan partai berkuasa Chama Cha Mapinduzi (CCM) dituduh menyingkirkan lawan politik. Dua kandidat oposisi utama bahkan didiskualifikasi sebelum pemungutan suara dimulai.
Akibatnya, Hassan hanya berhadapan dengan 16 kandidat dari partai kecil yang nyaris tidak melakukan kampanye.
Protes pun merebak di sejumlah kota besar, termasuk Dar es Salaam, menuntut pemilu yang bebas dan adil. Aparat kepolisian serta militer dikerahkan untuk membubarkan massa. Sementara pemerintah memberlakukan jam malam, memblokir akses internet, dan membatasi media sosial untuk mengendalikan situasi. (hm20)

























