Psikolog UGM Sarankan Sekolah Sediakan Ruang Jeda bagi Siswa Pascatrauma

Ilustrasi. (Foto: RSJD Surakarta)
Jakarta, MISTAR.ID
Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra menekankan pentingnya sekolah menyediakan ruang aman bagi siswa yang mengalami kecemasan atau trauma setelah peristiwa seperti ledakan di SMAN 72 Jakarta.
Novi menyarankan sekolah membentuk “Ruang Jeda” atau waktu tenang bagi siswa dan guru untuk menenangkan diri sebelum pelajaran dimulai, setelah jam istirahat, dan menjelang pulang sekolah.
“Anak-anak diminta bermeditasi sejenak, diam tanpa aktivitas tertentu. Ini membantu menenangkan diri dan menurunkan kecemasan,” ujar Novi, dilansir Antara, Rabu (12/11/2025).
Ia menjelaskan, tanda-tanda anak mengalami trauma dapat berupa ketakutan berlebihan, penarikan diri, atau sikap agresif. Namun, ada pula anak yang tampak terlalu ceria untuk menutupi luka batin.
Untuk membantu pemulihan emosional, Novi menyarankan sekolah menyediakan aktivitas Social Emotional Learning (SEL) seperti melukis, musik, menulis jurnal, dialog kelompok kecil (circle time), atau kegiatan di alam agar siswa dapat mengenali dan menyalurkan emosinya secara sehat.
Selain itu, ia menekankan pentingnya kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua. Hasil kegiatan SEL dapat dijadikan portofolio perkembangan emosional siswa yang dibahas bersama wali murid.
“Pemulihan pascatrauma bukan sekadar soal akademik, tetapi tentang memberi ruang aman bagi anak untuk terkoneksi dengan Tuhan, sesama, dan alam sehingga mereka dapat tumbuh kembali dengan kepercayaan diri dan empati yang lebih kuat,” ujarnya.
Novi menambahkan, bila gejala trauma tidak kunjung membaik atau semakin berat, siswa perlu segera dikonsultasikan ke psikolog.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Suharti menyampaikan bahwa kegiatan belajar mengajar di SMAN 72 Jakarta mulai berjalan kondusif secara daring.
Ia mengatakan, pihaknya telah melaksanakan dukungan psikososial awal berbasis Psychological First Aid (PFA) bagi siswa, guru, dan wali murid yang didampingi secara profesional oleh 56 psikolog dari Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI), Psikolog Polri, serta Dinas PPAPP, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
“Layanan psikososial pascabencana bertujuan untuk menghilangkan trauma warga sekolah. HIMPSI merupakan mitra yang kami gandeng untuk melakukan layanan psikososial pascabencana,” kata Suharti. (hm25)




















