Kegiatan galian C itupun sudah meresahkan dan diprotes sejumlah pengguna jalan. Sebab, jalan menjadi berdebu akibat tanah yang jatuh dari truk yang mengangkut tanah urug.

“Truk pengangkut tanah urug yang melintasi jalan raya tidak menggunakan terpal penutup.. Sehingga sebagian tanah urug yang dibawa jatuh berserakan di jalan raya,” kata salah seorang pengguna jalan, B Sitorus (69) warga Desa Siringkiron, Kecamatan Silaen.

Baca juga: Galian C Banyak di Kabupaten Simalungun, Pegang Izin Hanya 15

Selain menimbulkan debu yang cukup pekat, pada musim hujan, tanah yang berjatuhan dari truk membuat jalan menjadi licin dan berlumpur.

“Abu mengepul sepanjang jalan. Apalagi saat hujan gerimis banyak kendaraan bermotor hampir tergelincir. Kami sebagai masyarakat pengguna jalan sering hampir terjatuh dari sepeda motor diakibatkan tanah yang berjatuhan tidak disiram oleh pengusaha galian C tersebut. Kami juga berharap kepada aparat penegak hukum dan instansi terkait agar mengawasi kegiatan ini jangan sampai ada korban jatuh,” ucapnya.

Kadis Lingkungan Hidup Toba, dr Rajaipan Sinurat mengatakan, bahwa hal ini akan dibahas Forkopimda Toba dengan mengundang penanggung jawab galian C ilegal pada Senin (28/8/23) di kantor Bupati Toba.

Baca juga: Galian C Ilegal Beroperasi di Lereng Bukit Danau Toba Diminta Ditindak

“Terimakasih infonya pak, maksudnya gimana bos, mau sekarang kita hentikan! Kita mau rapat hari senin. Akan kita bahas dengan pelaku-pelaku galian C Ilegal. Kita lihat lah nanti bagaimana hasil dari rapat itu,” ucapnya melalui telepon seluler dan whatsApp, sekira pukul 16.36 WIB.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Toba Iptu Wilson Panjaitan saat dikonfirmasi terkait kegiatan galian C ilegal tidak dapat menjawab. (hotman/hm17).