Monday, March 10, 2025
home_banner_first
SIMALUNGUN

Jahe Putih Simalungun Tembus Pasar Internasional, Potensi Baru untuk Ekspor Hasil Bumi

journalist-avatar-top
By
Minggu, 9 Maret 2025 14.08
jahe_putih_simalungun_tembus_pasar_internasional_potensi_baru_untuk_ekspor_hasil_bumi

Jahe putih hasil tanaman petani di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun akan dikirim ke luar negeri. (f:ist/mistar)

news_banner

Simalungun, MISTAR.ID

Jahe putih asal Kabupaten Simalungun kini semakin dikenal di Pasar internasional, membawa harapan baru bagi petani dan ekonomi lokal.

Melalui upaya peningkatan kualitas dan metode budidaya ramah lingkungan, jahe putih dari daerah ini berhasil menembus pasar global, permintaan yang terus meningkat, terutama di negara-negara Asia, Eropa, dan Amerika.

Kabupaten Simalungun yang dikenal dengan iklim subur dan tanah vulkanik, menjadi tempat yang ideal untuk menanam jahe putih berkualitas tinggi. Keunikan jahe putih Simalungun terletak pada rasa lebih tajam dan khasiat kesehatan yang sangat dihargai di pasar internasional.

Dengan didukung oleh program pemerintah dan kerjasama dengan petani lokal, ekspor jahe putih ini tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga membuka peluang untuk pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian.

Adapun sebaran daerah penghasil jahe putih di Kabupaten Simalungun meliputi Kecamatan Purba, Silimakuta, Pematang Silimahuta, Raya dan Dolok Pardamean. Tanaman dengan nama latin Zingiber officinale roscoe ini tumbuh optimal di dataran dengan ketinggian 800 Mdpl.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dolok Masagal, Amir Andi Purba menyampaikan di daerahnya dan hingga saat ini juga terdapat kurang lebih 200 petani yang budidayakan Jahe Putih.

"Untuk musim panennya tidak merata. Tapi masyarakat pasti ada yang menanam sebulan sekali, karena jahe putih berumur 7 dan 8 bulan sudah bisa dipanen," ujar Amir kepada mistar, Jumat (7/3/2025).

Dengan tingginya permintaan jahe putih, disampaikan Amir Andi, hampir setiap kecamatan di Simalungun terdapat pengepul. Dari pengepul juga, jahe-jahe ini dikirim sampai ke luar negeri.

Dibalik harga yang cukup fantastis yakni dikisaran Rp20 ribu perkilo dikalangan para petani. Tanaman jahe putih ini juga miliki penyakit dan hal ini yang membuat para petani di Simalungun merasa was-was.

"Yang saat ini dikhawatirkan petani adalah penyakit Busuk Rimpang, dimana penyakit ini yang kerap menyerang dan hambat pertumbuhan tanaman jahe," ujar Andi Amir.

Adapun gejala awal penyakit ditandai dengan menguningnya pinggiran daun dari daun daun terbawah yang secara perlahan seluruh daun akan menguning dan akhirnya seluruh tanaman menguning.

Cara mengendalikan penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe dengan lakukan perendaman benih sebelum tanam dengan PGPR.

Benih direndam terlebih dahulu dengan agen hayati PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Agen hayati ini mengandung mikroba endofit, eksofit, dan antagonis, yang secara aktif masuk ke jaringan tanaman, mengendalikan berbagai macam penyakit dari dalam. (hamzah/hm18)

RELATED ARTICLES