Monday, January 13, 2025
logo-mistar
Union
SIANTAR

Generasi ke-13, Pandai Besi yang Masih Bertahan

journalist-avatar-top
By
Wednesday, November 20, 2019 18:14
0
generasi_ke_13_pandai_besi_yang_masih_bertahan

Generasi Ke 13 Pandai Besi Yang Masih Bertahan

Indocafe

Pematangsiantar | MISTAR.ID – Pandai besi adalah pengrajin besi, yang mahir membuat segala peralatan rumah tangga, peralatan pertanian dan berbagai peralatan besi dari bahan baku besi.

Produksi kerajinan besi, sekarang pun sudah banyak yang menggunakan peralatan atau mesin canggih.

Tapi tidak demikian dengan pengrajin besi yang berada di Jalan Ade Irma Suryani, Kota Pematangsiantar ini.

Abdul Rahman Pane (20), adalah pemuda yang masih bersatus mahasiswa di salah satu universitas yang ada di Kota Pematangsiantar.

Mengawali bincang-bincang dengan wartawan Mistar, Selasa (19/11/19) di tempat kerajinan besinya, dia mengaku sebagai generasi ke-13 meneruskan usaha kerajinan besi itu.

Di tempatnya, Abdul menempa per besi menjadi pisau, kapak, cangkul, arit, dan peralatan besi lainnya.

Sistem kerja menempa besi jadi parang misalnya, kata dia, masih bertahan dengan cara yang sangat tradisional.

Dia mengatakan, sekarang ini memang sudah banyak produk peralatan rumah tangga dan pertanian yang diproduksi dari pabrikan, seperti pisau berbahan stainles, parang staunles dan sebagainya.

Tapi bagi keluarga besar Pane katanya, kerajinan membuat peralatan dari besi masih lebih memilih menggunakan yang tradisional.

Dia membandingkan kualitas buatan tradisional dengan yang berteknologi canggih, jauh lebih kuat yang menggunakan besi per yang mereka produksi dibandingkan yang buatan pabrik.

Parang buatan pabrik misalnya, bagaimana kekuatnnya menebang pohon dibandingkan parang buatan pandai besi. Pengakuan beberapa pelanggan, mereka lebih memilih parang buatan pandai besi ketimbang yang dari pabrikan.

Per besi untuk parang buatannya juga kata Pane adalah per sangat kuat dan berkualitas, seperti per mobil. Proses pembuatannya, dengan cara dibakar di tungku pemanas, kemudian dipres dengan cara dipukul dengan martil hingga pipih berbentuk parang, dan digrenda hingga tajam.

Inilah yang membuat satu-satunya pandai besi UD.Pane di Jalan Ade Irma Suryani ini masih mampu bertahan.

Namun Abdul Rahman mengakui peminat produksi mereka sekarang ini jauh berkurang dibandingkan puluhan tahun lalu.

“Saya sekarang kuliah di salah satu universitas di Siantar, mengambil jurusan kehutanan. Bapak sudah seminggu lebih sakit di rumah. Jadi saya yang mengurus usaha ini untuk sementara. Itupun terkadang terpaksalah ditutup, karena harus berangkat kuliah,” ucapnya.

“Saya secara turun-temurun sudah menjadi pandai besi. Sejak kecil, saya sudah diajarkan membuat pisau, arit, dan parang oleh orangtua saya,” ungkap Irfan.

Menurut Irfan usaha pandai besi mulai sepi. Dia tidak bisa menjelaskan sejak kapan penjualan mulai sepi.

Selain membuat alat-alat dari besi, ia juga dapat mengasah alat yang lama supaya tajam kembali. Terkadang ada orang yang datang membawa besinya untuk disepuh, agar dapat bertahan lama.

Biasanya pisau yang telah siap diproduksi, dipasarkan seharga Rp30 hingga 50 ribu per buah. Itupun belum bisa dipastikan dapat terjual setiap hari.

Dari amatan Mistar di lokasi usaha tersebut penuh dengan besi besi, letaknya pun berserakan. Sebagian yang sudah jadi, terlihat dipajang berjejer di dinding toko yang berukuran 3×4 meter itu.

Sepertinya, Irfan tidak mengutamakan keamanan dalam bekerja. Terlihat ketika Irfan menggunakan salah satu alat produksi, dimana alat itu mengeluarkan seperti percikan api. Tapi katanya, ia sudah terbiasa dengan hal tersebut.

Menanggapi permodalan untuk pengembangan usahanya? Orangtuanya tahun lalu, kata dia, pernah mengajukan pinjaman kepada pemerintah Kota Pematangsiantar.

“Sampai sekarang bantuan itu belum pernah ada. Orangtuanya ingin minta bantuan mesin, ini dapat membantu mempercepat pembuatan alat alat yang akan dicetak,” katanya.

Irfan berharap bantuan dari pemerintah dapat terealisasi. Dengan demikian harapan untuk meningkatakan produksi masih ada.(hm02)

Penulis : Yetty
Editor : Herman Maris

TAGS
journalist-avatar-bottomLuhut