Tantangan Besar Lahirkan Perempuan yang Tahu dan Mau Terjun ke Politik


Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat. (f:dok/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Melahirkan perempuan yang tahu dan mau terjun ke dunia politik menjadi tantangan terbesar.
Sehingga dibutuhkan langkah afirmasi dan edukasi dibutuhkan untuk mewujudkan peningkatan keterlibatan perempuan dalam dunia politik.
Seperti disampaikan Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam Diskusi Publik bertema Memperkuat Kesadaran dan Aksi Melawan Kekerasan terhadap Perempuan dalam Politik.
"Tantangan terbesar kita adalah melahirkan perempuan yang tahu dan mau terjun ke dunia politik serta mampu berada di depan dalam pengambilan keputusan di ranah publik," tutur Lestari, pada Rabu (26/2/25).
Karena, menurut Lestari, sebagian besar perempuan tak ingin menempatkan dirinya di dunia politik. Sehingga, langkah afirmasi diperlukan untuk mendorong perempuan terlibat aktif dalam dunia politik sangat diperlukan.
"Political will dari para pemangku kepentingan dan kepercayaan dari pimpinan tertinggi di organisasi sangat penting untuk mendukung perempuan agar mampu berkiprah dalam politik," ujarnya.
Anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah yang akrab dikenal dengan sebutan Rerie itu, mengakui bahwa saat ini belum ada wadah atau organisasi yang secara serius mampu membuat mata para perempuan.
Dimana, kata Rerie, para perempuan 'terbuka matanya' terhadap betapa pentingnya peran perempuan dalam pengambilan keputusan di ruang publik.
Ia berpendapat upaya untuk mengedukasi perempuan di semua tingkatan sosial harus dilakukan secara masif agar keberanian dan pemahaman perempuan terkait pentingnya keterlibatan dalam politik, bisa terus tumbuh.
"Para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah, partai politik, serta masyarakat didorong untuk dapat bersama-sama mewujudkan ekosistem politik yang mendukung peran aktif perempuan di dalamnya," tutupnya.
Diskusi publik yang diselenggarakan Women Research Institute (WRI) bekerja sama dengan Westminster Foundation for Democracy (WFD) di Jakarta itu, dihadiri sejumlah tokoh penting seperti Direktur Eksekutif Women Research Institute Sita Aripurnami.
Selanjutnya, Ketua Bawaslu RI Rachmat Bagja, Wakil Ketua Baleg DPR RI Dr Ahmad Dolly Kurnia Tanjung, dan Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Irjen Pol (Purn) Desy Andriani. (*/hm27)