Tuesday, April 8, 2025
home_banner_first
MEDAN

Pasca Diskon 50 Persen, Masyarakat Keluhkan Kenaikan Tagihan Listrik

journalist-avatar-top
Senin, 7 April 2025 14.00
pasca_diskon_50_persen_masyarakat_keluhkan_kenaikan_tagihan_listrik

Ilustrasi. (f:ist/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Pasca program diskon tarif listrik 50 persen yang berakhir pada Februari 2025 lalu, tagihan rekening listrik mengalami kenaikan atau lonjakan yang signifikan pada April 2025.

Kenaikan itu menimbulkan keluhan dari masyarakat, terkhusus pengguna listrik non token, salah satunya Elvirida Lady, mengeluhkan rekening listriknya yang naik sebesar Rp43.000.

"Sebelumnya hanya Rp367.000 per bulan, sekarang naik jadi Rp410.000 per bulan. Padahal penggunaan listrik sama saja, tidak aneh-aneh," katanya kepada Mistar, Senin (7/4/2025).

Perempuan yang akrab disapa El ini menyampaikan, sebelumnya justru terbilang lebih murah, karena dapat diskon pada bulan Februari dan Maret.

"Tapi, di April naik tajam. Sebelum Februari justru paling mahal Rp300.000, tidak sampai Rp400.000 per bulan," ucap wanita 23 tahun itu.

Meski begitu, El mengaku belum akan beralih ke token. Bahkan, ia menyampaikan sudah hampir tiga kali ganti meteran untuk menaikkan daya listrik miliknya.

"Setelah hampir tiga kali menaikkan daya listrik, sekarang sudah di angka 1.300 kwh," ujarnya.

Perihal kenaikan rekening listriknya, kata El, kadang dipertanyakannya kepada petugas PLN ketika datang mengecek listrik ke rumahnya.

"Kadang mereka menjelaskan penggunaan listriknya, tapi kadang dijawab dari atasannya lagi naik. Hanya itu saja," tuturnya.

Sementara itu, seorang ibu rumah tangga, Vamia 31 tahun, mengaku sangat terbebani dengan kenaikan tagihan rekening listriknya.

"Biasanya sekitar Rp170.000 hingga Rp200.000 per bulan, tapi kali ini tagihannya malah Rp266.000," katanya.

Vamia menjelaskan, penggunaan listrik juga masih biasa saja bahkan cenderung tidak menggunakan listrik.

"Pemakaian biasa saja, justru cenderung sedikit. Karena beberapa kali kami meninggalkan rumah dengan satu lampu yang hidup, sisanya mati," ucapnya.

Bahkan, sambungnya, selama bulan Ramadan, ia dan keluarga sering menginap di rumah orang tua atau mertua.

"Rumah kami tinggalkan dengan posisi hanya lampu teras yang menyala, kulkas, penanak nasi, televisi, dan elektronik lainnya dicabut. Artinya justru lebih sedikit penggunaan listriknya, tapi mahal tagihannya," ujarnya.

Namun, meski demikan, Vamia tidak akan mengubah listrik non tokennya menjadi token. Besaran meteran listrik yang digunakannya, yaitu 900 kwh.

"Karena kalau token, misalnya isi Rp100.000, habis harus langsung isi lagi. Kalau tidak diisi, maka tak ada listrik. Sementara listrik non token, menunggak juga masih bisa pakai listrik," tuturnya. (amita/hm27)

REPORTER:

RELATED ARTICLES