Medan, MISTAR.ID

Terminologi yang menandakan degradasi narasi budaya dalam politik telah mengalami perubahan signifikan sejak lima tahun lalu terakhir.

Meskipun belum sepenuhnya lenyap, perubahan ini telah bertransformasi dan menghasilkan fragmentasi ideologi yang panjang sejarahnya.

Hal itu disampaikan Pengamat Politik, Shohibul Anshor saat dihubungi mistar.id, pada Selasa (26/12/23).

Baca juga : Debat Capres Pengaruhi Masyarakat yang Belum Tentukan Pilihan

Ia mengungkapkan degradasi ini terjadi pada pemilu presiden 2019. Komunitas Cebong, sebelumnya bersatu dalam romantisme dan rasionalisasi yang seragam, kini terbagi oleh perbedaan tajam dalam mendukung capres, mulai dari Megawati Soekarnoputri hingga Joko Widodo.

“Memperoleh jumlah pemilih terbesar dianggap sebagai sesuatu yang sangat sulit. Kini, para penganut kuat dari ketiga kubu itu tidak dengan mudah beralih dukungan,” jelas Shohibul.

Ia menjelaskan fragmentasi terfokus pada ideologi dan budaya politik yang sama, tidak selalu terkait dengan partai tertentu.