Gaya Hidup Childfree Meningkat di Indonesia, ini Kata Psikolog Medan
Gaya Hidup Childfree Meningkat Di Indonesia Ini Kata Psikolog Medan
Medan, MISTAR.ID
Fenomena gaya hidup childfree (tanpa anak) kian meningkat di kalangan generasi muda di Indonesia.
Gaya hidup tersebut tentunya dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi keberlangsungan suatu bangsa.
Gaya hidup childfree telah mengakibatkan persoalan besar bagi sejumlah negara di benua Eropa dan Jepang.
Sejumlah negara di Eropa kini bahkan telah memberikan insentif bagi pasangan usia subur untuk memiliki anak lebih dari satu.
Psikolog di Medan, Irna Minauli menjelaskan, ada perbedaan mendasar antara childfree dan childless (tidak memiliki anak,red).
“Childfree, adalah pasangan yang bisa memiliki anak tetapi sengaja memilih untuk tidak memiliki anak,” ujar Irna melalui pesan tertulisnya, Jumat (22/12/24).
Baca juga: Autisme Bukan Penyakit, Psikolog: Membutuhkan Pendampingan Seumur Hidup
“Keduanya berbeda dalam hal niat, pada childless mereka tidak memiliki anak tanpa keinginan mereka karena masalah ketidaksuburan,” sambungnya.
Lebih lanjut Irna menjelaskan, dalam budaya Indonesia, masyarakat lebih memaklumi pasangan yang childless dibandingkan dengan pasangan yang gaya hidup-nya childfree.
Irna menekankan, diperlukan keberanian besar untuk memilih gaya hidup childfree.
“Dalam memilih gaya hidup childfree, haruslah hasil persetujuan dari pasangan suami istri agar tidak terjadinya risiko masalah perkawinan yang semakin besar,” katanya.
Irna menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan individu maupun sepasang memilih gaya hidup childfree.
“Faktor yang menyebabkan mereka memilih itu adalah masalah mental, faktor ekonomi, dan alasan lingkungan,” tuturnya.
Baca juga: Psikolog Beberkan Penyebab dan Antisipasi Kasus Pemerkosaan Terhadap Anak
Faktor mental health (kesehatan), lanjut Irna, lebih dominan mempengaruhi pilihan mereka dikarenakan masa kecil yang tidak menyenangkan.
Akibatnya, mereka khawatir mewariskan hal tersebut pada keturunannya.
Sementara untuk faktor ekonomi, sambung Mirna, mahalnya biaya hidup dan pendidikan anak menjadi salah satu pertimbangan pasangan childfree.
“Sedangkan faktor lingkungan, diakibatkan adanya perubahan iklim dan populasi dunia yang mengharuskan menekankan angka kelahiran penduduk bumi,” jelasnya.
Lebih jauh Irna menegaskan, konsep childfree di Indonesia, akan mengakibatkan timbulnya tekanan dari lingkungan keluarga maupun sosial.
“Akan muncul stigma dan tekanan dari lingkungan sekitar dan secara sosial, mereka mungkin akan kehilangan status pada acara-acara adat yang umumnya ditujukan bagi mereka yang sudah memiliki anak,” tutupnya. (devi/hm27)