WHO Bilang Bedak Tabur Bayi Berisiko Sebabkan Kanker, BPOM RI Angkat Bicara
Who Bilang Bedak Tabur Bayi Berisiko Sebabkan Kanker Bpom Ri Angkat Bicara
Jakarta, MISTAR.ID
Lembaga Penelitian dari World Health Organization (WHO), International Agency for Research on Cancer (IARC), mengatakan jika bahan dalam bedak tabur bayi berpotensi menyebabkan kanker karena mengandung zat karsinogenik.
Menanggapi masalah ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) memastikan bahwa selama produk bedak bayi memiliki izin edar, berarti keamanannya sudah dijamin.
“Kalau produk yang ada saat ini (di Indonesia) telah memiliki izin edar BPOM, telah memenuhi persyaratan keamanan, manfaat, dan mutu,” ujar Koordinator Humas BPOM RI, Eka Rosmalasari, seperti dilansir dari detik, Rabu (11/7/24).
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menyoroti isu ini. Menkes menyatakan bahwa pihaknya masih mendalami apakah produk bedak bayi tabur yang ada di Indonesia juga terdampak.
Baca juga: WHO Benarkan Ada Manusia Meninggal Akibat Flu Burung
“Saya sedang bicara dengan Ibu Rizka (Kepala BPOM RI), karena saya masih perlu menjelaskan apakah yang dimaksud WHO bedak tabur bayi di Indonesia atau nggak?” kata Budi belum lama ini.
“Kemudian apakah memang sudah pernah diteliti oleh BPOM RI untuk melihat dampaknya? Sekarang sedang dibicarakan dengan beliau,” lanjutnya.
Catatan IARC menunjukkan adanya peningkatan kasus kanker kandung kemih pada mereka yang menggunakan bedak bayi tabur di area genital. Namun, keterkaitan ini masih perlu dianalisis lebih lanjut.
Pada percobaan pada tikus, bedak tabur terbukti meningkatkan kasus neoplasma ganas pada wanita di bagian medula adrenal dan paru-paru, serta kombinasi neoplasma jinak dan ganas pada pria di adrenal medula.
Baca juga: WHO Minta Tingkatkan Kewaspadaan Penularan MERS
“Setelah mengkaji secara menyeluruh literatur ilmiah yang tersedia, kelompok kerja yang terdiri dari 29 pakar internasional mengklasifikasikan bedak tabur mengandung karsinogenik bagi manusia yang berisiko menciptakan kanker ovarium. Dibuktikan pada tikus, dan bukti mekanistik yang kuat pada sel manusia,” demikian laporan IARC. (detik/hm20)