Thursday, January 30, 2025
logo-mistar
Union
EKONOMI

Kenaikan HPP Gabah Disambut Positif Petani Simalungun, Harapkan Pengawasan Ketat

journalist-avatar-top
By
Monday, January 13, 2025 14:37
78
kenaikan_hpp_gabah_disambut_positif_petani_simalungun_harapkan_pengawasan_ketat

kenaikan hpp gabah disambut positif petani simalungun harapkan pengawasan ketat

Indocafe

Simalungun, MISTAR.ID

Rencana pemerintah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) menjadi Rp6.500 per kilogram pada 15 Januari 2025 mendapat tanggapan positif dari petani di Kabupaten Simalungun.

Juli Damanik, petani di Nagori Simpang Raya Dasma, menyambut baik kebijakan tersebut. Ia menilai kenaikan ini menjadi langkah penting untuk membantu petani menghadapi lonjakan biaya produksi.

“Kenaikan ini tentu menggembirakan. Selama ini harga jual gabah kami berkisar Rp5.200 hingga Rp5.600 per kilogram, sementara biaya tanam seperti pupuk, pestisida, dan tenaga kerja terus meningkat,” ujarnya, Senin (13/1/25).

Menurutnya, kebijakan ini akan berdampak positif terhadap kesejahteraan petani jika benar-benar diterapkan secara merata. Namun, ia mengingatkan pentingnya pengawasan agar kebijakan ini tidak hanya menjadi wacana.

Baca juga: Menteri Zulhas Sebut Bulog Serap Gabah Petani HPP Rp6.500 per Kg Mulai 15 Januari

“Pemerintah harus memastikan harga baru ini diterapkan di tingkat lapangan. Jangan sampai ada tengkulak atau pedagang yang memainkan harga, sehingga petani tetap dirugikan,” tambahnya.

Hal serupa disampaikan Edi Saragih, petani dari Nagori Bah Bolon. Ia berharap kenaikan HPP gabah dapat membantu petani mendapatkan keuntungan yang lebih, mengingat tantangan yang dihadapi saat ini, seperti cuaca ekstrem dan ketersediaan pupuk yang sering bermasalah.

“Kalau bisa, selain menaikkan HPP, pemerintah juga mengawasi harga pupuk yang sering melambung tinggi. Kenaikan harga gabah saja tidak cukup jika biaya produksi tidak terkendali,” sebut Edi baru-baru ini.

Namun, Sudarlan, petani sawah di Kecamatan Panei, menyoroti perubahan tren bercocok tanam di wilayahnya yakni petani di Nagori Bangun Dasmariah yang mulai beralih menanam jagung. Hal ini akibat harga jual padi yang tak sebanding dengan biaya produksinya, juga pembiaran kerusakan saluran irigasi hingga menahun.

Baca juga: HPP Gabah Rp6.500 per Kg, Pengamat Prediksi Harga Beras akan Naik 6,1 Persen

“Di sini, sebagian besar hasil panen padi hanya untuk konsumsi. Jumlah petani yang menjual padi sudah jauh berkurang dibanding lima tahun lalu,” ujarnya.

“Sekarang mulai membersihkan lahan, bulan November lalu rata-rata panen semua. Mungkin sebulan lagi baru menanam,” timpalnya.

Amatan Mistar.id di areal kebun warga di Kecamatan Panei, lahan yang awalnya ditanami padi sawah telah beralih fungsi menjadi tanaman jagung. Selain itu, beberapa saluran irigasi di sekitar lokasi juga terlihat tak lagi berfungsi, semak belukar dan sisa-sisa batang jagung tampak memenuhi areal yang seharusnya berisi air untuk kebutuhan pertanian.

Dengan optimisme tinggi, petani di wilayah Habonaron do Bona menyambut kebijakan ini dan berharap pemerintah terus mendukung mereka melalui pengawasan yang ketat. Pemerintah juga diharapkan tidak hanya fokus pada kebijakan harga, tetapi juga memperkuat program subsidi pupuk dan peningkatan infrastruktur pertanian lainnya. (indra/hm25)

journalist-avatar-bottomAnita Sinuhaji