Tuesday, March 4, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Kebijakan Pemerintah Turunkan Tarif Listrik Picu Deflasi di Sumut

journalist-avatar-top
By
Senin, 3 Maret 2025 17.23
kebijakan_pemerintah_turunkan_tarif_listrik_picu_deflasi_di_sumut

Kepala BPS Provinsi Sumatera Utara, Asim Saputra (f:amita/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Kepala BPS Provinsi Sumatera Utara, Asim Saputra, pada Berita Resmi Statistik (BRS) di Gedung BPS Sumut, menyebutkan bahwa Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada Februari 2025 secara Month to Month (m-to-m) mengalami deflasi sebesar 0,63 persen.

Deflasi itu terjadi tidak lepas dari kebijakan pemerintah menurunkan tarif dasar listrik, agar masyarakat dapat menikmati. Menurutnya, adanya deflasi ini, pemerintah bisa membantu masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau terutama saat Ramadan.

Adapun deflasi yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa kelompok, yaitu makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi 0,48 persen.

Sedangkan penyumbang deflasi dan andilnya, yaitu tarif listrik sebesar 0,62 persen, daging ayam ras 0,14 persen, cabai merah 0,12 persen, bawang merah 0,10 persen, dan telur ayam ras 0,07 persen.

"Pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi sebesar 4,86 persen. Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,05 persen," katanya, Senin (3/3/2025) di Jalan Asrama No. 179 Medan.

Kemudian, terjadi juga inflasi pada beberapa kelompok, yaitu kesehatan terjadi inflasi sebesar 0,38 persen, lalu transportasi 0,35 persen.

"Infomasi, komunikasi, dan jasa keuangan inflasi sebesar 0,01 persen. Pendidikan 0,01 persen. Dan kelompok penyediaan makanan dan minuman restoran sebesar 0,14 persen," ucapnya.

Terdapat lima komoditas dominan penyumbang inflasi dan deflasi secara m-to-m pada Februari 2025.

"Penyumbang inflasi dan andilnya, yaitu emas perhiasan sebesar 0,09 persen, tomat 0,07 persen, kentang 0,04 persen, cabai rawit 0,04 persen, dan tarif parkir 0,02 persen," ujarnya.

Secara Year on Year (y-o-y), pada Februari 2025 mengalami inflasi sebesar 0,73 persen dibanding 2024. Hal tersebut terjadi pada beberapa kelompok, yaitu makanan, minuman, dan tembakau sebesar 3,81 persen.

"Pakaian dan alas kaki mengalami inflasi sebesar 2,09 persen. Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,3 persen. Kesehatan 2,20 persen, transportasi 1,56 persen," tuturnya.

Sambungnya, informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi secara y-o-y sebesar 0,07 persen, pendidikan 1,04 persen, penyediaan makanan dan minuman restoran 2,03, peralatan peribadi jasa lainnya 8,60 persen. (amita/hm17)

RELATED ARTICLES