Jakarta, MISTAR.ID

Harga beras di pasar mengalami lonjakan baik untuk kelas beras medium maupun beras premium. Bahkan diperhitungkan kenaikan ini melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).

Seperti diketahui Pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) beras medium senilai Rp11.400.

Dikutip dari Panel Harga Badan Pangan Nasional, harga rata-rata beras nasional di tingkat pedagang eceran naik signifikan dibandingkan sepekan lalu. Harga beras premium secara nasional kini dibanderol di level Rp 16.030 per kilogram atau naik 2,56 persen dibandingkan harga pada 5 Februari 2024. Sementara, harga beras medium berada di level Rp 14.520 atau sudah naik 5,91 persen dibandingkan harga 5 Februari 2024.

Kenaikan harga beras ini turut dirasakan oleh pemilik kios beras di Pasar Mambo Indramayu, Jawa Barat, Haji Jana. Bukan hanya kenaikan harga, dia pun kini kesulitan memperoleh pasokan beras.

Baca juga:Jamin Kualitas, Bulog Siantar Jual Beras Premium Rp14 Ribu per Kg

Haji Jana menyebutkan, harga beras premium saat ini mencapai Rp 17 ribu per kilogram. Sedangkan beras medium, di kisaran Rp 15 ribu-Rp 15.500 per kilogram.

Harga itu mengalami kenaikan dibandingkan tiga pekan yang lalu. Saat itu, harga beras premium masih berkisar antara Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu per kilogram. Harga itu berbeda-beda tergantung kualitasnya. Sedangkan beras medium, saat itu di kisaran Rp 13 ribu sampai Rp 13.500 per kilogram.

Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey mengatakan, para produsen telah menaikkan harga beli (tebus) sebesar 20-35 persen di atas HET sejak sepekan terakhir, sehingga peritel juga harus menaikkan harga jual.

“Kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET,” ujar Roy di Jakarta, Ahad (11/2/2024).

Roy mengatakan, Aprindo tidak memiliki wewenang mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok. Harga yang ditetapkan produsen sebagai sektor hulu selanjutnya mengalir kepada peritel di sektor hilir melalui jaringan distribusi, kemudian dibeli atau dibelanjakan oleh masyarakat pada gerai ritel modern.

Walaupun begitu, ujarnya, kenaikan harga dari produsen dapat menyebabkan kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai ritel modern Indonesia. Menurut Roy, kelangkaan yang terjadi di kemudian hari mampu menimbulkan panic buying atau pembelian secara berlebihan karena ketakutan akan kekurangan stok.

Saat ini peritel disebut mulai kesulitan mendapatkan suplai beras untuk tipe premium lokal kemasan 5 kilogram. Keterbatasan tersebut disebabkan karena masa panen diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024.

Baca juga:Harga Beras Naik Gila-gilaan, Peritel Teriak Minta Relaksasi HET

Selain itu penyebab kelangkaan dan tingginya harga beras karena belum masuknya beras tipe medium (SPHP) yang diimpor pemerintah.

“Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat,” jelas Roy.

Dilain pihak, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menjamin bantuan pangan beras akan kembali disalurkan sehari setelah Pemilihan Umum (Pemilu) dilakukan.

“GPM atau Gerakan Pangan Murah Nasional terus dikerjakan. Bantuan pangan beras akan dimulai kembali pada 15 Februari,” ujar Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi.

Badan Pangan saat ini juga sedang mempercepat pembongkaran kapal beras dari luar negeri di beberapa pelabuhan. Badan Pangan terus menjalankan distribusi beras komersial Bulog sebanyak 200 ribu ton, termasuk 50 ribu ton ke Food Station atau Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). (republik/hm06)