Friday, April 25, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Guru Besar UI Temukan Bahan Baku Obat Lokal, Berpotensi Kurangi Impor

journalist-avatar-top
Kamis, 17 April 2025 18.23
guru_besar_ui_temukan_bahan_baku_obat_lokal_berpotensi_kurangi_impor

Logo UI dalam kawasan kampus di Kota Depok. (f:radar/mistar)

news_banner

Depok, MISTAR.ID

Guru Besar Ilmu Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. apt. Herman Suryadi, M.Si, menemukan lignoselulosa sebagai bahan baku obat yang berpotensi menekan angka impor eksipien farmasi.

“Kemandirian nasional dalam penyediaan bahan baku obat, khususnya eksipien, sangat penting. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan biomassa lokal,” ujar Herman di Depok, dilansir media antara, Kamis (17/4/2025.

Eksipien merupakan bahan tambahan dalam formulasi obat yang berperan penting dalam efektivitas dan stabilitas produk farmasi.

Salah satu eksipien krusial adalah selulosa mikrokristalin (MCC), yang hingga saat ini sebagian besar masih diimpor, meskipun Indonesia memiliki bahan baku lokal yang melimpah.

“Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam menyediakan bahan baku MCC secara mandiri. Salah satunya, kulit buah kakao yang merupakan biomassa lignoselulosa dengan kandungan selulosa tinggi,” ucapnya.

Kakao sendiri merupakan komoditas unggulan nasional, dan limbahnya seperti kulit buah kakao selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini menjadikannya sumber bahan baku potensial yang layak dikembangkan.

Herman juga menjelaskan berbagai metode pretreatment lignoselulosa, baik fisik, kimia, fisikokimia, maupun biologis, yang dapat digunakan untuk mengekstraksi selulosa.

Ia juga menyoroti keunggulan pendekatan biologis atau enzimatis karena lebih ramah lingkungan dan tidak menghasilkan produk samping berbahaya.

Hasil riset bersama mahasiswa Fakultas Farmasi UI menunjukkan bahwa MCC yang dihasilkan dari kulit kakao Indonesia memiliki karakteristik serupa dengan MCC komersial seperti Avicel PH101.

Dari sekitar 140.000 ton biomassa kulit kakao yang tersedia setiap tahun, diperkirakan bisa dihasilkan hingga 6.000 ton MCC, jumlah ini sudah melebihi kebutuhan impor nasional yang saat ini kurang dari 5.000 ton.

“Itu baru dari kakao. Masih banyak potensi biomassa lignoselulosa lain dari limbah pertanian dan perkebunan yang belum tergarap. Artinya, Indonesia punya peluang besar untuk mandiri bahkan menjadi eksportir bahan baku farmasi,” tuturnya.

Untuk mendukung realisasi potensi ini, Herman menyerukan pentingnya sinergi lintas sektor antara pemerintah, industri farmasi, dan lembaga riset.

Ia juga mengusulkan pembentukan dana abadi riset serta penguatan jalur riset di tingkat sarjana sebagai bagian dari strategi jangka panjang menuju kemandirian farmasi nasional. (*/hm27)

REPORTER:

RELATED ARTICLES