Bermodal Kreativitas, Pria ini Sulap Limbah Menjadi Produk Bernilai Tinggi
bermodal kreativitas pria ini sulap limbah menjadi produk bernilai tinggi
Berbekal kreativitas, limbah yang kerap menjadi masalah lingkungan bisa diolah menjadi kerajinan tangan dan bernilai ekonomi. Salah satu yang melakukan itu adalah Roma Galeri yang beralamat di Jalan Panglima Denai No 66, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan
Pemilik sekaligus pengrajin, Zulham Efendi (44) menjelaskan, sebelumnya ia buka usaha kuliner seafood, cukup lama sampai akhirnya tutup. Kemudian beralih menjadi pengrajin karena sebelumnya memang hobi mengoleksi miniatur.
“Belajarnya otodidak, awalnya pakai kaleng bekas dan mancis bekas untuk buat vespa, lama-lama berkembang dengan berbagai bahan limbah alam,” ujarnya saat ditemui mistar.id di Roma Galeri, Sabtu (29/6/24).
Limbah alam yang dimaksud adalah limbah kayu, kulit kayu, batok kelapa, pelepah pinang, pelepah pisang, sabut kelapa, dan lainnya.
Untuk mendapatkannya, ia hunting sampai ke pelosok, hutan, dan pinggiran sungai. Mencari limbah yang bentuknya unik dan mudah untuk diolah.
“Lebih memilih bahan dari alam karena dari bahannya sendiri sudah memiliki bentuk alami, tinggal dipoles dan dikreasikan untuk menjadi suatu karya seni yang punya nilai,” tambahnya.
Untuk harga, Zulham tidak bisa mematok dengan pasti. Sebab tiap produk semuanya berbeda-beda. Tergantung ukuran dan tingkat kesulitan membuatnya.
“Dari yang ukuran kecil sampai besar, kisarannya sekitar Rp30 ribu hingga 3 juta. Kalau pesanan khusus berbeda lagi, seperti miniatur bangunan, itu Rp1-2 juta,” lanjutnya.
Sebagai pengrajin barang seni, Zulham paham betul bahwa tak setiap hari bisa laku. Ia menyiasatinya dengan membuat produk yang ringan-ringan seperti nomor rumah, papan nama, dan kaligrafi kecil.
“Produk yang ringan buat menutupi kebutuhan sehari-hari sembari membuat produk yang besar. Karena yang kecil harga murah, jadi lebih cepat lakunya,” tambahnya.
Pria yang juga suka melukis ini menyebutkan, kendala utamanya ada di waktu pembuatan. Karena prosesnya manual dan sendiri, jadi untuk satu produk bisa berhari-hari bahkan berbulan-bulan.
“Untuk ukuran yang kecil seperti vespa dan becak, bisa satu hari selesai 1. Kaligrafi biasa 2-3 hari. Kapal yang paling lama, apalagi ukuran besar, bisa sampai 3 bulan,” lanjutnya.
Semua produk yang terpajang di Roma Galeri, baik yang kecil maupun besar, kesemuanya dikerjakan hanya dengan alat sederhana dan diproduksi sendirian oleh Zulham.
Hanya bermodal gergaji ukir manual, gergaji kayu, gunting, dan pisau cutter, ia mampi membuat produk seni yang bernilai tinggi.
“Kendalanya di alat dan pemasaran. Kalau pakai alat yang lebih lengkap, proses pengerjaannya pasti lebih cepat. Untuk pemasarannya, lewat galeri ini aja, lewat internet saya kurang waktu dan tidak terlalu mengerti, karena saya lebih fokus untuk produksi,” ungkap Zulham.
Sejauh ini ia bertahan sebab sangat menikmati pekerjaannya karena berangkat dari hobi. Zulham yakin, suatu saat karya-karyanya akan menemukan pasar yang tepat dan dapat berkembang lebih besar.
“Harapannya lebih berkembang, bisa merekrut pekerja agar bisa memproduksi karya lebih banyak lagi. Terutama para pemuda di sekitar, supaya bisa punya kegiatan positif, sambil belajar, berkarya, dan menghasilkan uang,” pungkasnya.
Secara kualitas, karya-karya Zulham sudah diakui, beberapa miniatur bangunannya sudah dikoleksi oleh beberapa instansi pemerintah.
Pun bagi salah satu pelanggannya, Azis (32), ia mengaku selalu puas dengan buah karya dari Zulham.
“Saya banyak ngoleksi vespa sama harley, selain suka sama produknya, saya juga suka nongkrong di sini. Senang melihat proses pembuatannya,” ungkapnya saat ditemui di Roma Galeri, Sabtu (29/6/24). (maulana/hm17)