Sitti Darna Guru Kimia Motivasi Siswa Peduli Lingkungan dengan Berinovasi Olah Limbah
Sitti Darna Guru Kimia Motivasi Siswa Peduli Lingkungan Dengan Berinovasi Olah Limbah
Medan, MISTAR.ID
Sampah plastik dan polusi lingkungan menjadi persoalan yang semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini membuat Sitti Darna, guru kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Medan, mencoba membuat inovasi kreatif bersama para siswanya.
Sitti mengajari para siswanya mengolah limbah menjadi produk bermanfaat yang dapat membantu mengurangi dampak buruk sampah, terutama plastik, terhadap bumi.
“Saya berpikir, kenapa kita tidak ciptakan sesuatu yang paling banyak digunakan tetapi tidak merusak lingkungan,” kata Sitti, kepada Mistar.id, Sabtu (16/11/24).
Menurut Sitti, ada banyak bahan inovasi yang bisa dibuat, tetapi ia lebih memilih konsen mengelolah limbah untuk menjaga bumi lebih sehat.
Baca juga:Pabrik Pengolahan Limbah di Belawan Ubah Izin Peruntukan, Warga Mengaku Resah
“Saya ingin mengajak anak-anak untuk berpikir bagaimana kita bisa mengurangi sampah ini dengan cara yang sederhana namun berdampak besar,” lanjutnya.
Sejak tahun 2019, Sitti telah mengerjakan sejumlah proyek inovatif bersama siswa-siswanya yang mengubah limbah menjadi barang-barang yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga berguna dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya orangnya kepo. Misalnya kalau melihat sesuatu, saya akan mencari tahu, membaca, kira-kira kandungannya apa, kalau dikombinasikan bagaimana. Lalu saya coba dulu di rumah. Kalau sudah mulai ada kemungkinan, baru saya diskusi dengan murid dan kita uji coba. Jika sudah oke, barulah kita masuk kontes,” terang ibu satu anak ini.
Salah satu dari ratusan produk inovasi yang mereka ciptakan adalah kotak makanan sehat yang terbuat dari batang pisang dan ampas tebu. Kotak ini bukan hanya ramah lingkungan karena terbuat dari bahan organik, tetapi juga dapat terurai dalam waktu singkat di dalam tanah, berbeda dengan plastik yang membutuhkan ratusan tahun untuk terurai.
Baca juga:Pabrik Pengolahan Limbah Bulu Ayam Resahkan Warga, Timbulkan Bau Menyengat
Selain itu, mereka juga berhasil menciptakan plastik pembungkus makanan dari bahan yang sama yang dapat terurai dalam seminggu, mengurangi ketergantungan pada plastik konvensional yang merusak lingkungan.
Wanita kelahiran 1970 ini juga mendorong para siswa untuk menciptakan produk kuliner, di antaranya pembuatan cookies dari kulit pisang, yang dirancang khusus untuk penderita diabetes, dengan pemanis alami dari daun stevia. Karya ini sempat dibawa Sitti bersama para siswa ke Singapura dalam kompetisi internasional pada 2019 dan berhasil meraih medali.
Di tahun berikutnya, Sitti kembali membawa muridnya mengikuti lomba di Bangkok, Thailand, dengan produk seperti mie dari kulit singkong dan yoghurt dari cangkang telur, yang kembali berhasil meraih penghargaan.
Baca juga:Bahan Limbah Rumah Tangga, Diolah Jadi Benda Bernilai Ekonomis
Meski sudah membawa banyak medali dengan inovasi yang luar biasa, Sitti justru lebih menekankan pada pentingnya memberikan pemahaman kepada siswa tentang bagaimana mereka bisa berperan dalam menjaga bumi dengan cara yang sederhana.
“Saya ingin mereka paham bahwa, meskipun masih muda, mereka bisa membuat perubahan nyata. Ini adalah cara mereka untuk turut menjaga bumi, dan saya harap kelak mereka akan menyebarkan pesan ini kepada orang lain,” tambah Sitti yang merupakan warga Jalan Pancing, Medan.
Alumni Magister Kimia Universitas Negeri Medan (Unimed) tahun 2010 ini juga mengaku menghadapi banyak tantangan dalam mengajar siswa membuat inovasi ini. Salah satunya adalah bagaimana menjaga semangat siswa agar tidak cepat merasa jenuh.
“Kadang-kadang anak-anak merasa jenuh karena produk yang mereka buat tidak langsung sempurna, tetapi di situlah saya sebagai guru, berperan untuk memotivasi mereka, untuk terus mencoba dan berkreasi,” ujarnya.
Baca juga:Olah Pakan ternak dari Limbah, Untung Dapat Apresiasi dari Kapolres Batu Bara
Proses yang panjang ini, menurutnya, juga mengajarkan mereka untuk berpikir kritis, mencari solusi terhadap masalah yang ada, dan tidak takut untuk gagal. Sitti juga menanamkan kepada siswa-siswanya bahwa berkarya tidak harus menunggu adanya bantuan atau dana.
“Kalau biaya, kita cover sendiri. Dan kita pun tidak menuntut itu. Saya selalu menekankan bahwa berkarya itu bisa dimulai kapan saja, dengan apa yang ada di sekitar kita,” ungkapnya.
Sitti berharap, agar lebih banyak lagi guru dan pengajar yang terinspirasi dan ikut bersinergi, sehingga semakin banyak inovasi-inovasi yang bertujuan sama yaitu menjaga bumi. (susan/hm17)
PREVIOUS ARTICLE
Newsroom: Harian Mistar Peroleh Piagam Bronze dari SPS