Sanggar Seni Sianjur Mulamula Edukasi Siswa tentang Budaya Batak


Siswa SD dan SMP mengikuti edukasi budaya Batak di objek wisata Aek Sipitu Dai. (f:pangihutan/mistar)
Samosir, MISTAR
Sanggar Seni Sianjur Mulamula, yang pimpin Aliman Tua Limbong, terus berupaya melestarikan budaya Batak dengan memberikan edukasi kepada generasi muda. Salah satunya adalah bagaimana anak-anak muda ke depan tetap memahami jenis-jenis gondang dan maknanya dalam budaya Batak
Kali ini, Aliman memaparkan makna gondang kepada siswa-siswi SD dan SMP Negeri 1 Sianjur Mulamula yang mengunjungi situs budaya Aek Sipitu Dai di Desa Sipitu Dai, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Sabtu (22/3/2025).
Menurut Aliman, ketika melaksanakan adat yang mengikutsertakan gondang, maka Gondang Sipitu Lili merupakan salah satu persyaratan penting harus dipatuhi pargonsi (pemusik tradisional Batak) dalam menjalankan tugasnya. Itu sebabnya, bagi Aliman, profesi pargonsi bukanlah profesi sembarangan. Mereka adalah orang-orang pilihan yang memahami nilai budaya Batak dan kearifan lokal secara mendalam, sehingga layak dihormati dan dihargai.
Sebelum memainkan Gondang Sipitu Lili, pargonsi harus terlebih dahulu mempersembahkan Gondang Somba, yaitu gondang penghormatan. Gondang Somba terdiri dari tiga bentuk penghormatan utama, yakni:
Somba tu Debata: Penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta.
Somba nahumali nahumalao, nani ida dohot naso ni ida: Penghormatan kepada roh-roh leluhur, baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Ini mencerminkan keyakinan masyarakat Batak terhadap kekuatan leluhur yang tetap memengaruhi kehidupan mereka.
Somba tu Raja situan natorop, Raja naliat nalolo: Penghormatan kepada para raja adat atau pemimpin yang dihormati dalam masyarakat Batak sebagai penjaga adat dan tradisi.
Aliman juga menjelaskan bahwa dalam rangkaian upacara adat, terdapat dua jenis gondang utama yang memiliki makna mendalam. Pertama, Gondang Mulamula melambangkan Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya. Gondang ini membuka seluruh rangkaian upacara sebagai bentuk pengakuan atas kekuasaan Tuhan.
Kedua, Gondang Somba mencerminkan penghormatan kepada Tuhan dan ciptaan-Nya, baik yang terlihat maupun tidak terlihat, serta sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan restu.
Aliman, yang juga dikenal sebagai maestro Taganing, menyatakan bahwa pelaksanaan Gondang Sipitu Lili dan Gondang Somba mencerminkan hubungan erat masyarakat Batak dengan Tuhan, leluhur, dan pemimpin adat. Penghormatan ini menjadi dasar dalam menjaga nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal masyarakat Batak.
Pelestarian Budaya Sejak Dini
Selain itu, para siswa juga mendapatkan penjelasan mengenai makna tortor Batak dan konsep dalihan na tolu (tiga nasehat penting) dalam adat Batak. Dalihan na tolu merupakan falsafah hidup masyarakat Batak yang terdiri dari tiga elemen penting:
Dongan tubu (teman seketurunan), artinya saling menghargai untuk menjaga keharmonisan,
Hula-hula (pihak pemberi istri), artinya dihormati sebagai pemberi berkat, dan
Boru (pihak penerima istri), artinya mendampingi orang tua dalam berbagai kegiatan.
Guru Agama Kristen SD Negeri 14 Aek Sipitu Dai, Herlina Limbong, menyatakan bahwa budaya Batak tidak bertentangan dengan ajaran kekristenan.
"Sepanjang kearifan lokal tidak bertentangan dengan ajaran Tuhan, budaya harus didukung," ujarnya.
Pandangan serupa diungkapkan oleh Jepri Situmorang, guru sejarah di SD Negeri II Sipitu Dai. Menurutnya, budaya adalah jati diri bangsa, dan pelestariannya harus diajarkan sejak dini. Jepri berharap jam pelajaran muatan lokal di sekolah dapat ditambah untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap budaya Batak.
“Saat ini hanya ada dua jam mata pelajaran muatan lokal. Kami berharap bisa ditambah agar kearifan lokal tetap lestari,” ungkapnya.
Ketua Bumdes Sipitu Dai, Saut Limbong, yang juga merupakan pengelola objek wisata Sipitu Dai, menyambut positif kegiatan edukasi budaya ini.
Menurutnya, pengenalan budaya kepada siswa dapat mendukung sektor pariwisata lokal. Ia juga menyatakan bahwa pihaknya berencana menyematkan ulos kain tradisional Batak kepada setiap pengunjung sebagai simbol penghormatan terhadap budaya Batak.
"Ulos merupakan bagian penting dari budaya Batak, dan menyematkannya kepada pengunjung dapat memperkenalkan serta melestarikan tradisi yang diwariskan leluhur," jelas Saut.
Melalui kegiatan ini, Sanggar Seni Sianjur Mulamula berupaya memastikan generasi muda Batak tetap mengenal, memahami, dan melestarikan budaya serta kearifan lokal yang menjadi identitas mereka. (pangihutan/hm17)
.