Rencana Kenaikan PPN 12 Persen, UMKM dan Konsumen di Siantar-Simalungun Resah
rencana kenaikan ppn 12 persen umkm dan konsumen di siantar simalungun resah
Simalungun, MISTAR.ID
Rencana pemerintah untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% pada 2025 menjadi perhatian pelaku usaha kecil dan konsumen di Pematangsiantar dan Simalungun. Kebijakan ini dinilai akan berdampak signifikan pada daya beli masyarakat serta keberlangsungan UMKM di daerah tersebut.
Di Simalungun, Hendra, seorang pengusaha kopi bubuk tradisional di Raya, mengungkapkan kekhawatirannya. “Kenaikan PPN pasti bikin bahan baku makin mahal. Kalau harga kopi saya naik, pelanggan bisa cari yang lebih murah,” katanya, Selasa (26/11/24).
Hendra menyebut, UMKM seperti miliknya sangat bergantung pada konsumen lokal yang sensitif terhadap perubahan harga. Sementara itu, Rina, pemilik usaha kue basah di Pematangsiantar, menilai kebijakan ini menambah beban seprofesinya. “Kalau saya naikin harga, pelanggan jadi mikir dua kali untuk beli,” ujarnya.
Baca juga: Kenaikan PPN 12 Persen Tuai Penolakan, Ekonom: Pemerintah Perlu Menunda Kebijakannya
Konsumen di Siantar dan Simalungun juga menyuarakan kekhawatiran. Linda, seorang ibu rumah tangga di Kecamatan Siantar Barat, mengaku beban belanja keluarganya akan semakin berat jika hal itu terjadi. “Harga kebutuhan pokok saja sudah naik. Kalau ditambah PPN jadi 12%, pasti makin susah,” katanya, Jumat (29/11/24).
Hal serupa disampaikan Tagor Damanik, seorang petani di Kecamatan Raya. Menurutnya, kenaikan PPN tidak hanya berdampak pada barang kebutuhan sehari-hari, tetapi juga pada alat-alat pertanian. “Biaya hidup bertambah, sementara harga hasil tani kami tidak selalu naik,” keluhnya.
Untuk mengurangi dampak, para pelaku UMKM di Siantar dan Simalungun berharap pemerintah memberikan subsidi bahan baku. Konsumen juga menginginkan pengawasan harga agar tidak terjadi lonjakan yang tidak terkendali.
Baca juga: Kenaikan PPN jadi 12 Persen Ditunda, Menko Airlangga: Belum Dibahas
Kebijakan kenaikan PPN ini menjadi tantangan besar bagi UMKM dan konsumen lokal. Dukungan pemerintah, baik pusat maupun daerah, sangat diharapkan agar dampak negatif dapat diminimalkan dan ekonomi lokal tetap bertumbuh.
Guru Besar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sultan Agung sekaligus Dosen tetap Universitas Prima Indonesia (UNPRI), Prof. Darwin Lie, sebelumnya memberikan pandangannya. Menurutnya, jika ditinjau dari pertumbuhan ekonomi, kondisi ekonomi Indonesia kini masih berada dalam kondisi baik.
Darwin juga menjelaskan terkait kondisi neraca perdagangan yang masih surplus. kondisi tersebut menandakan ekspor Indonesia lebih banyak daripada jumlah impornya.
“Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara lain, kita sudah termasuk sangat bagus. Cina saja sekarang di bawah 5% ya,” ungkapnya, Kepada Mistar.id Minggu (24/11/24). (indra/hm25)